Pesona Tersembunyi di Balik Wajah Pulau Paling Ujung Barat Indonesia (Bagian I)

Gugusan pulau kecil di dekat Pulau Nasi, Kecamatan Pulau Aceh, Aceh Besar.

ACEH BESAR – Gugusan pulau-pulau kecil mengapung di antara dua pulau ini. Air lautnya biru, pepohonan rimbun, dan hamparan pantai pasir putih, juga terbentang luas mengelilingi keduanya. Belum lagi ditambah dengan sejuta keindahan alam bawah laut. Pulau ini menyimpan sejuta pesona tersebunyi.

Peserta Explore Pulau Aceh dalam perjalanan menuju Pulau Nasi
Peserta Explore Pulau Aceh dalam perjalanan menuju Pulau Nasi

Ibarat gadis, kedua pulau ini masih ‘perawan’. Tak banyak orang yang tahu di mana dan seperti apa rupa dua pulau tersebut? Bahkan bisa jadi orang Aceh sendiri pun belum pernah ke sana !!

Pulau yang dimaksud adalah Pulau Nasi dan Pulau Beras. Dua pulau tersebut terletak di daerah paling ujung barat Indonesia atau berada di Kecamatan Pulau Aceh, Kabupaten Aceh Besar.

Untuk menuju kedua pulau tersebut, dari Banda Aceh bisa menggunakan boat nelayan yang ada di Ulee Lheu dan Lampulo. Khusus ke Pulau Nasi, bisa menggunakan Kapal Penumpang Pelni (KMP) Papuyuh, yang berlabuh tiga kali dalam seminggu, yakni pada Rabu, Jumat, dan Minggu, dari Pelabuhan Ulee Lheu.

Jumat pekan lalu, kanalaceh.com diberi kesempatan untuk mengikuti acara media field trip explore Pulau Aceh. Acara yang digagas oleh Badan Pengusahaan Kawasan Sabang (BPKS) untuk memperkenalkan dua destinisasi wisata menakjubkan, namun luput dari perhatian.

Pemandangan Menuju Pulau Nasi
Pemandangan Menuju Pulau Nasi

Awak media dan traveller yang mengikuti acara ini, mulanya berlabuh menuju Pulau Nasi. Baru pada keesokannya, tim dipecah dua untuk mengekplorasi keindahan di balik kedua pulau.

Kami tiba di Pulau Nasi sekitar pukul 16.00 Wib, setelah berlayar selama lebih kurang satu setengah jam dari Ulee Lheu. Rasa lelah selama diperjalanan seakan terbayar ketika boat yang kami tumpangi memasuki kawasan yang dituju.

Sebuah pulau kecil yang berjarak sepelemparan batu dari ujung Pulau Nasi, menjadi gerbang pembuka yang melenyapkan segala rasa lelah dalam perjalanan. Ini belum ditambah lagi dengan panorama bawah laut yang jelas terlihat dengan mata.

Air laut yang biru dan jernih, memantulkan kemilau surya. Di dalamnya ribuan biota laut seakan menari-menari menyambut kedatangan kami. Ikan-ikan dan terumbu karang, bercengkrama, cukup bersahabat.

Pelabuhan Lamteng di mukim Pulau Nasi, Aceh Besar.
Pelabuhan Lamteng di mukim Pulau Nasi, Aceh Besar.

Sesaat, sebelum kapal merapat di Pelabuhan Lamteng, Pulau Nasi dengan sejuta pesonanya kembali menggoda. Melihat lepas ke arah udara, langit biru dengan awan putih tertumpuk rata penjuru. Hijau pepohonan juga menyelimuti seisi pulau mengundang rasa takjub yang luar biasa.

Dari pelabuhan, kami bergerak ke Desa Rabo. Di desa yang berjarak 10 menit dari pelabuahan ini kami beristirahat sembari menatap senja dan keindahan Pantai Deumit. Pantai eksotik yang masih alami. Sepanjang garis pantai, hamparan pasir putih, tumpukan baru karang, dan rimbun pepohonan menyegarkan mata.

Jika menoleh ke arah barat daya, pasir putih melengkung mengikuti garis pantai hingga bertemu dengan perbukitan hijau yang menjorok ke laut. Batu-batu karang terpacak di atasnya.

Pantai Deumit menghadap langsung dengan Samudera Hindia. Pantai ini memiliki alam bawah laut yang indah. Terumbu karang dengan aneka ragam ikan warna-warni ada di dalamnya. Lokasi Pantai Deumit sangat cocok untuk snorkeling atau diving.

Pantai Deumit, Desa Rabo, Mukim Pulai Nasi, Aceh Besar.
Pantai Deumit, Desa Rabo, Mukim Pulai Nasi, Aceh Besar.

Hal lain paling menarik dari pantai ini adalah pancaran sinar mentari pagi atau sunrise. Jika langit cerah, sunrise adalah pemandangan yang paling menggoda saat pagi tiba di sini.

Begitu berada di Pantai Demit, peserta expolre Pulau Aceh yang rata-rata jurnalis dan traveller langsung mengabadikan keindahan pantai ini dengan kamera, sebagian mengandalkan smartphone-nya.

“Kalau saja ini dirawat dengan baik akan jauh lebih indah dan menarik,” kata Salman, seorang peserta explore Pulo Aceh.

Pantai Demit memang belum banyak dikunjungi wisatawan. Bahkan warga lokal dan pemerintah sendiri masih belum memanfaatkan potensi keindahan pantai ini sebagai destinasi menjanjikan.

Sampah seperti botol minuman, plastik, dedaunan dan ranting-ranting pepohonan masih berserakan sehingga sedikit mengganggu pemandangan.

Keindahan Pantai Demit jelang senja
Keindahan Pantai Demit jelang senja

Salman yakin betul jika pantai ini dirawat dengan baik, maka ‘Demit’ akan melejit menjadi objek wisata bahari yang menjajikan. Dengan demikian, ekonomi masyarakat sekitar pun terbangun.

Keyakinan yang sama ini juga diutarakan oleh Abu Kasim Demit, salah seorang warga yang sehari-harinya berprofesi sebagai pembuat garam. Menurutnya, selain indah di pantai tersebut juga banyak terdapat ikan. Bagi yang hobi memancing, Pantai Demit bisa menjadi tempat menarik.

“Kalau kunjungan wisatan jarang, paling orang-orang memancing kemari,” katanya.

Menurutnya kurangnya kunjungan wisatawan ke Pantai Demit dan Pulau nasi, secara umum dikarenakan tidak adanya informasi dan ekpos dari media atau pihak terkait.

“Jangankan diekspose kami tahu informasi tentang luar saja sulit di sini. Makanya ini ya begini-bigini aja,” ujarnya.

“Tapi diurus dengan baik dan di dukung infrastruktur serta fasilitas yang memadai, seperti penginapan, transportasi, toilet dan lainnya, maka pantai ini mampu menyedot wisatawan.”[]

Related posts