Jualan kacang, mahasiswa Aceh ini beromset puluhan juta

Jualan kacang, mahasiswa Aceh ini beromset puluhan juta

RUANGAN berukuran 6 kali 6 meter itu penuh dengan kacang kulit yang telah dikemas dengan berbagai ukuran. Dan terlihat sejumlah pria dengan tekun memasukkan kacang-kacang yang telah di proses ke dalam wadah. Seperti itulah suasana di rumah Munazir, yang dikunjungi , Senin (4/1), di kawasan Gampong Alue Naga, Banda Aceh.

Munazir yang juga terlihat bekerja mengemas kacang kulit kedalam wadah plastik, menceritakan bahwa saat ini permintaan kacang yang Ia produksi sangat besar, namun kendala ketiadaan mesin produksi, dirinya tidak sanggup memenuhi permintaan tersebut. “Permintaan saat ini sedang banyak,” katanya seraya terus melanjutkan kerjanya.

Untuk saat ini, terang Munazir, jumlah kacang yang mampu Ia produksi tiap bulannya mencapai 1,5 ton, dan itupun masih terasa kurang sebab tingginya permintaan.

Tapi lanjutnya, saat memulai usaha pembuatan kacang kulit ini, tentu dirinya juga mengalami jatuh bangun, dan usaha yang Ia tekuni ini terjadi pada awalnya karena desakan ekonomi akibat dirinya menunggak pembayaran uang kuliah selama dua semester. Saat menunggak uang kuliah inilah terpikir bagi dirinya untuk berusaha guna menghasilkan uang, agar kuliah tetap selesai, dan tidak membenani orang tua.

Saat memulai awal usaha ini, terang Munazir, ibunya mengiriman kacang sebanyak 10 kilogram yang telah di kemas dalam bungkusan plastik dengan harga jual Rp1.000, dan kacang itu Ia titip dari kios ke kios.

Dalam waktu dua minggu hingga satu bulan, kacang yang Ia titip habis, dan dirinya kembali memesan kepada ibunya sebanyak 20 kg, dan ternyata juga habis. “Dari jualan kacang ini, saya kirim modalnya ke ibu, dan keuntungan saya ambil,” terangnya.

Pada saat itu, dari keuntungan menjual kacang yang dikirim ibunya, Munazir dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari. Namun, terpikir bagi dirinya untuk memulai serius menekuni usaha ini.

Karena itu, pada 2014, Ia memutuskan mengontrak sebuah yang saat ini Ia tempati dengan modal Rp3 juta rupiah dengan cara mengambil kredit dengan menggadaikan sepeda motor. “Jadi waktu itu, saya gadai sepeda motor Rp3 juta, dan dari uang itu, Rp1,5 juta untuk sewa rumah, dan sisanya untuk beli bahan baku,” tuturnya.

Begitulah awal mulanya saya merintis usaha ini, terang Munazir kepada Waspada. Dan saat ini, tambahnya, usaha yang Ia tekuni telah mampu memproduksi kacang kulit sebanyak 1,5 ton perbulan, dengan omset rata-rata yang Ia peroleh Rp21 juta.

Dan dengan usaha yang Ia jalani tersebut, kini Munazir mampu merekrut tiga kawan kuliahnya untuk bekerja membantunya, dan dua orang dari warga sekitar. “Jadi saat ini total ada 5 orang yang membantu saya,” tukasnya. Pemuda yang lahir pada 1994 silam tersebut menegaskan bahwa, bagi dirinya, berusaha adalah soal keberanian, ketekunan dan juga doa.

Saat ditanya soal pasaran, anak dari lima bersaudara ini mengaku untuk saat ini kacang kulit yang Ia beri merek Kacang Manggeng tersebut, masih dipasarkannya diseputaran kota Banda Aceh dan Aceh Besar.”belum berpikir untuk ekspansi pasar, sebab alat produksi masih terbatas, terutama mesin pengering dan mesin sangrai,” paparnya.

Dengan usaha yang Ia tekuni saat ini, kini Munazir telah mampu membayar uang kuliah dengan hasil jerihnya, dan bahkan dapat mengirim uang untuk membantu ekonomi keluarga. [Saky]

Related posts