Lima langkah mendidik anak secara cerdas

Ilustrasi keluarga (mario0107/Pixabay)

Jakarta (KANALACEH.COM) – Kebanyakan orang tua menginginkan anak-anaknya bisa membantu mereka mengerjakan tugas domestik. Selain melatih kemandirian, juga tanggung jawab.

Namun tentu saja kesediaan anak-anak membantu orang tua dan melakukan tugas domestik tidak datang dengan sendirinya, melainkan melalui pendidikan yang ditanamkan oleh orang tua sehari-hari di rumah.

Demikian dipaparkan oleh psikolog klinis anak Vera Itabiliana disebuah diskusi anak dan orang tua di Jakarta, Rabu (10/8). Agar dapat mendidik anak secara cerdas, orang tua harus memperhatikan hal berikut ini:

1. Semua Gender Sama Tugasnya

Banyak orang tua memperlakukan anak mereka dan membagi tugas rumah berdasarkan jenis kelamin atau gender. Ternyata, menurut Vera, ini tidak perlu dilakukan.

“Memang pekerjaan rumah itu terlihat terkotak-kotak seperti memasak dan mencuci biasa dilakukan oleh perempuan, namun baiknya semua baik laki-laki atau perempuan mampu melakukan itu semua,” kata Vera.

Vera mengatakan, ketika anak dilatih mengerjakan berbagai tugas rumah tanpa memperdulikan masalah gender, maka ia kelak tak akan canggung ketika sudah dewasa. Apalagi, bila sang anak harus tinggal jauh dari orang tua dan keluarga, maka setidaknya anak harus dapat mengurus dirinya sendiri.

“Lebih baik tidak dibedakan. Pakaian saja yang dibedakan masih berdasarkan gender. Kalau pun mainan, saya rasa tidak masalah, namun harus disesuaikan,” kata Vera.

2. Sabar dalam Mengajarkan

Mengajarkan anak-anak bisa jadi sebuah tantangan bagi orang tua. Kadang, apa yang dikatakan orang tua belum tentu langsung diterima oleh anak. Bisa jadi, anak akan mengkritisi, bahkan tak ayal memberontak.

“Kalau menghadapi anak dengan kesan ‘bandel’, lihat caranya dan tanya apakan ia mengerti dengan yang disampaikan oleh orang tuanya. Bagi anak, segala sesuatu harus ada dan mengerti alasannya,” kata Vera.

“Namun di sisi lain,” Vera melanjutkan, “ibu juga diperbolehkan untuk mengatakan ia butuh bantuan dari anak sehingga anaknya tahu apabila ibunya tengah letih. Ini merangsang empati dan keterbukaan.”

Dan bila sang anak akhirnya membantu pekerjaan sang bunda, Vera mengatakan orang tua tak boleh lupa untuk mengapresiasi bantuan tersebut. Upaya ini akan membuat anak senang karena mendapatkan apresiasi dan ketagihan membantu orang tuanya.

3. Jauhi ‘Status’ Posisi Anak

Kadang kala, orang tua membedakan perlakuan antara anak sulung dengan adik-adiknya, sadar atau tidak. Hal ini bukan hanya mencerminkan ketidakadilan bagi anak, namun juga dapat menghambat mereka menjadi mandiri dan bertanggung jawab.

Vera mengatakan bahwa orang tua dilarang untuk membeda-bedakan pemberian tugas melihat status posisi anak dalam keluarga. Karena, bila sang anak sudah dewasa nanti dan berada dalam masyarakat, posisi tersebut tidaklah penting.

4. Diskusi dengan Sang Ayah

Mengurus anak bukan hanya tugas perempuan. Peran serta ayah juga sangat penting dalam perkembangan sang buah hati.

“Ayah juga berperan besar dalam mengurus anak menjadi mandiri. Ayah dan ibu harus memiliki pemikiran yang sama dalam mendidik anak dan menyadari bahwa menjadikan anak sebagai rekan orang tua memiliki banyak manfaat,” kata Vera.

“Tugas mengurus anak yang didominasi oleh ibu ini yang membuat jadi sebuah tekanan besar,” ia menambahkan.

5. Hati-hati soal ‘Reward

Memberikan hadiah atau penghargaan sebagai ucapan terima kasih, atau reward, kepada anak adalah hal yang baik. Namun, seringkali reward ini dapat berujung sifat oportunis dan materialistis pada si anak. [CNN Indonesia]

Related posts