Delapan momen terbaik Olimpiade 2016

Momen kemenangan dan mengharukan kakak beradik Brownlee di Olimpiade 2016 (Reuters)

Rio de Janeiro (KANALACEH.COM) – Saat lebih dari 11.000 atlet dari 206 negara berkumpul bersama di Rio de Janeiro, banyak hal terjadi. Momen luar biasa dari kemenangan, kesedihan, hingga kejadian lucu, dan mengharukan. Dikutip dari Time, Senin (22/8), berikut adalah delapan di antaranya.

Tim Tuan Rumah

Brasil dikenal sebagai salah satu raksasa sepakbola, sehingga wajar jika banyak harapan dan doa bagi Neymar cs, untuk meraih kemenangan. Apalagi, dengan lima trofi Piala Dunia yang sudah diraih, Brasil belum sekali pun berhasil memenangkan medali emas Olimpiade.

Namun, bukan hanya sepakbola yang membuat jantung para suporter Brasil berdetak cepat. Ada beberapa cabang olahraga lain yang sangat disukai publik Brasil, mulai dari judo hingga voli pantai, yang semuanya bisa memberi kebanggaan bagi tuan rumah.

Tim voli pantai Brasil, Alison Cerutto dan Bruno Oscar Schmidt, mengalahkan tim italia di pasir pantai Copacobana yang terkenal. Sementara, judoka Rafaela Silva, membuat publik Brasil kembali memperhatikan warga negaranya yang terlupakan.

Rafaela adalah produk dari pemukiman miskin padat penduduk (favela), yang memiliki kehidupan keras. Dia memberi emas pertama Brasil pada Olimpiade 2016, empat tahun setelah dicerca oleh saudara sebangsanya. Dia membuktikan, bagaimana manusia selalu bisa bangkit dari keterpurukan.

Kesempurnaan

Ekspektasi bisa jadi beban berat, dan tekanan hanya akan semakin meningkat dalam Olimpiade. Butuh kerja keras, lebih dari yang manusia biasa bisa lakukan, untuk meraih kesempurnaan seperti yang dicapai para atlet pada beberapa cabang olahraga di Olimpiade 2016.

Usain Bolt mempertegas julukannya sebagai manusia tercepat di dunia, dengan meraih tiga medali emas di tiga Olimpiade berturut-turut. Dia kini menjadi satu-satunya atlet, yang mendominasi nomor lari 100 meter, dan 200 meter dengan medali emas pada Olimpiade 2008, 2012, dan 2016.

Ditambah juga pencapaian bersama tim, dengan emas estafet 4×100 meter, juga pada tiga Olimpiade beruntun. Kemudian dari cabang renang, ada atlet veteran Amerika Serikat (AS) Michael Phelps, yang bisa meraih lima medali emas di Rio de Janeiro, setelah memutuskan kembali dari pensiun.

Perenang berusia 31 tahun itu kini telah mengumpulan total 28 medali, 23 di antaranya adalah medali emas, membuatnya sebagai peraih medali Olimpiade terbanyak sepanjang masa. Enam medali emas dan dua perunggu pada Olimpiade 2004, delapan medali emas pada Olimpiade 2008.

Dia menambahnya dengan empat emas dan dua perak di Olimpiade 2012, dan lima emas pada 2016. Dia kini menjadi satu-satunya atlet, yang meraih sukses dalam empat Olimpiade berturut-turut.

‘Perang’ Saudara

Kerukunan selalu penting di antara anggota keluarga. Namun, persaingan di antara kakak dan adik, akan menjadi sesuatu yang menarik jika terjadi pada even sebesar Olimpiade. Ada beberapa kakak beradik yang bersaing di Rio de Janeiro, namun momen paling mengharukan terjadi pada triathlon.

Dua atlet Inggris Alistair Brownlee dan Jonny Brownlee, dalam proses mereka meraih medali emas dan perak, memperlihatkan pertarungan seru, hingga momen keakraban yang mengharukan di garis finis.

Negara Bukan Penghalang

Terpinggirkan tapi tak patah semangat. Untuk pertama kalinya pada Olimpiade 2016, atlet dapat bertanding tanpa mewakili negara. Sepuluh atlet pengungsi, mendapatkan sambutan hangat pada upacara pembukaan, saat mereka berparade menggunakan bendera Olimpiade.

Mereka terpaksa lari dari kampung halaman karena perang, atau ancaman hukuman yang sewenang-wenang, dan hanya ingin tetap berkompetisi. Olahraga bukan tentang politik, namun murni kompetisi yang sehat, sehingga terobosan di Olimpiade 2016 sangat penting untuk dilanjutkan.

Pertama Kali

Meraih banyak medali, menjadi legenda seperti Phelps dan Bolt memang luar biasa. Namun, tidak ada perasaan yang lebih sulit digambarkan, daripada kesuksesan meraih medali emas pertama bagi negara. Josep Schooling memberikan emas pertama bagi Singapura, dan Monica Puig untuk Puerto Rico.

Kini, keduanya akan dianggap sebagai pahlawan di kampung halaman, dan untuk alasan yang bagus, Langkah pertama, selalu menjadi kunci, untuk berlanjut ke tingkat lebih tinggi. Kesukesan keduanya, bakal selalu jadi pendorong bagi atlet-atlet muda dari negara mereka.

Samaria yang Murah Hati

Pelari Selandia baru Nikki Hamblin dan Abbey d’Agostino dari AS, tidak memenangkan medali emas di nomor 5 kilometer. Namun, mereka bisa meninggalkan Rio dengan sesuatu yang tak kalah berharga. Ketika Hamblin terjatuh di tengah panasnya cuaca selama lomba, d’Agostino menghampirinya.

Dia meletakkan tangan di bahu Hamblin, memberinya semangat untuk menyelesaikan lomba. Kemudian, justru d’Agostino yang mengalami cedera lutut karena jatuh. Dia tidak mampu berdiri, dan Hamblin memutuskan menemaninya, hingga datang kursi roda untuk menolongnya ke luar lintasan.

Di final, d’Agostino hanya bisa menyaksikan dari tribun penonton, saat Hamblin finis di urutan terakhir. Namun, bukan apa hasil saat finis yang jadi hal terpenting bagi mereka, namun bagaimana cara mereka menyesaikannya.

Usia Bukan Masalah

Atlet lompat tinggi Spanyol, Ruth Beitia mewujudkan mimpinya meraih medali emas Olimpiade, walau usianya sudah 37 tahun, Olimpiade 2016 di Rio de Janerio adalah kesempatan terakhirmya, dan dia memperlihatkan pada dunia bagaimana mimpi bisa diraih dengan tekad kuat.

Beitia merupakan finalis tertua di cabang lompat tinggi di Rio de Janeiro, empat tahun setelah hanya meraih peringkat empat dalam Olimpiade 2012 di London. “Hidup telah sangat baik pada saya, memberikan saya kesempatan kedua. Saya merasa sangat baik, lebih dari sebelumnya,” kata Beitia.

Perpisahan

Di kolam renang dan lintasan lari, Olimpiade 2016 menjadi saksi dua legenda mengucapkan perpisahan. Michael Phelps menjalani lomba renang terakhirnya di Rio Aquatics Center. Usain Bolt mengakhiri pencapaian luar biasanya di lintasan stadion Olimpiade.

Keduanya menjadi legenda, dengan memulai karier dengan prestasi sejak usia muda, dan mengakhirinya secara gemilang dengan medali emas. Keduanya kini akan menatap perjuangan tak kalah keras dalam kehidupan, yaitu membina keluarga. [Viva]

Related posts