Illiza Bicara Soal Energi dan Pembangunan Kota di Depan Ratu Denmark

Banda Aceh (KANALACEH.COM) : Pembangunan kota secara berkesinambungan dalam perspektif pembangunan berkelanjutan harus dilihat dari dua perspektif, yakni gender dan, lingkungan dan pemanfaatan sumberdaya energi terbarukan.

Hal itu dikatakan Wali Kota Banda Aceh Illiza Sa’aduddin Djamal saat memaparkan presentasi soal energi dan pembangunan perkotaan yang berkesinambungan di hadapan Ratu Denmark Margrethe II di Grand Rubina Business Park, Jakarta, Jumat (23/10).

Kehadiran Ratu Denmark ke Indonesia untuk menghadiri acara Discussion on Renewable Energy dan Urban Sustainability+DanishCleantech Showcase pada sesi Mayor’s Forum: Creating A Sustainable City. Pada kegiatan itu Illiza menjadi panelis bersama Wali Kota Pontianak Sutarmidji dan Wali Kota Bornholms-Denmark Winni Grosboll.

Illiza mengatakan, dalam perspektif pembangunan berkelanjutan harus dilihat dari dua perspektif, yakni gender dan, lingkungan dan pemanfaatan sumberdaya energi terbarukan.

Menurut dia, ada berbagai isu strategis dalam perspektif gender, yang dalam berbagai kasus selalu menghambat pembangunan.

“Perempuan menghadapi kesulitan untuk hidup dalam keadaan yang lebih baik jika mereka tidak mampu mengakses tempat tinggal yang baik, pendidikan, proses politik dan administrasi, pelayanan dan ruang publik. Mereka juga rentan terhadap bencana,”jelasnya.

Disamping itu, kata Illiza, isu-isu lingkungan tetap menjadi sumber utama eksklusifitas perkotaan. “Kita telah menghabiskan banyak waktu dan dana untuk mengatasi isu-isu terkait kesemrawutan kota, kualitas kesehatan lingkugan yang menurun, memburuknya dampak perubahan iklim, biaya eksternalitas yang semakin mahal dan berbagai isu terkait pelayanan publik seperti distribusi air yang aman minum dan manajemen limbah padat,”sebutnya.

Menurutnya, ketidaksetaraan gender adalah sumber utama disparitas dan tidak majunya pembangunan. Eksklusifitas timbul akibat proses pembangunan yang tidak sensitif gender. “Untuk itu, kami mengarusutamakan gender dalam proses perencanaan pembangunan, dan lebih dari itu, kami menyediakan aksi afirmasi bagi perempuan untuk membahas dan berkonsultasi dalam perencanaan pembangunan,”paparnya.

“Inisiatif-inisiatif perempuan pada tingkat akar rumput didukung dan dibangun kelembagaannya. Mekanisme untuk mengurus keluhan dan kekerasan berbasis gender juga dibangun,” kata Illiza.

Lebih lanjut, Illiza menambahkan, untuk meneruskan pembangunan, pihaknya telah merencanakan pemanfaatan ruang jangka panjang untuk dua puluh tahun kedepan. “Kami telah bekerja keras untuk mengimplementasikan konsep kota hijau,”ujarnya.

Untuk mengantisipasi banjir, kata Illiza, pihaknya membangun sistem dan manajemen pengendalian banjir dan secara simultan meningkatkan kualitas udara dengan membangun sistem transportasi hijau. Layanan substansial seperti pengelolaan limbah padat dan jaringan distribusi air juga disediakan,”terangnya.(T.Irawan)

Related posts