DSI Banda Aceh Gelar Dakwah dan Seminar Kaligrafi International

Pemberian cinderamata kepada Syeikh Belaid Hamidi . Foto: T Irawan

BANDA ACEH – Pemerintah Kota Banda Aceh melalui Dinas Syariat Islam (DSI) yang bekerjasama dengan Ikatan Alumni Timur Tengah (IKAT) Aceh menggelar acara Dakwah dan Seminar Kaligrafi International di Aula Balai Kota, Kamis (26/11).

Dakwah dan Seminar Kaligrafi ini menghadirkan Syeikh Belaid Hamidi dari Mesir dan ustaz Attho’illah MAg, seorang kaligrafer asal jombang yang juga penggagas metode Hamidi pertama di Indonesia. Syeikh Belaid Hamidi saat ini sudah menulis delapan mushaf serta merupakan salah satu kaligrafer kerajaan Maroko.

Acara yang turut dibuka oleh Wakil Wali kota Banda Aceh, Drs H Zainal Arifin dihadiri oleh pejabat Pemko Banda Aceh serta masyarakat umum.

Wakil Walikota Zainal mengatakan, kaligrafi merupakan karya tulisan tangan yang indah. “Seni kaligrafi memiliki peran besar dalam peradaban islam, Aceh yang memiliki keterikatan sejarah dengan asal seni ini berasal, bahkan saat ini kaligrafi menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari Aceh,” ujarnya.

Menurut dia, bahwa pertumbuhan minat akan seni kaligrafi di Aceh cukup baik dari dulu, hingga kini memiliki peranan penting dalam kebudayaan islam di Aceh. “Melalui dakwah ini kita harapkan pertumbuhan wawasan peserta kaligrafi agar manfaat kaligrafi mampu memberikan nilai positif bagi islam,” pungkas Zainal.

Sementara itu, ustaz Attho’illah menjelaskan, bahwa Khitmatul khat terhadap agama sangat indah dan pelayanan khat terhadap agama memiliki peranan yang penting. “Kelestarian khat ini tergantung pada agama islam”, katanya dihadapan seratusan peserta yang hadir.

Menurutnya, Khat juga memiliki ilmu hitung hitungan, yaitu dari mata yang kita pelajari agar menjiwai dengan hati.

Syeikh Belaid Hamidi dengan rasa bangganya mengatakan bahwa cita citanya semenjak delapan tahun yang lalu agar dapat hadir ke Banda Aceh kini terkabulkan.

“Saya punya cita cita agar suatu saat dapat hadir ke Aceh karena saya punya murid yang juga berasal dari Aceh yang saat itu mendaftarkan dirinya langsung kepada saya,” ungkap Hamidi.

Tsunami yang menimpa Aceh beberapa tahun yang lalu membuat Syeikh Hamidi terharu dan ia menyatakan siap membantu Aceh untuk menciptakan kaligrafer Aceh.

“Setelah tsunami sudah banyak pelajar Aceh yang belajar ke Mesir dan langsung belajar kepada saya, setiap kali saya menyerahkan ijazah, pelajar dari Aceh yang banyak mendapatkannya,” ungkap Syeikh dengan bahasa Arab yang diterjemahkan oleh panitia.

Seni kaligrafi merupakan sumber dari agama islam dan ini merupakan khas dari seluruh ummat, kaligrafi juga profesi bagi seluruh muslim di dunia.

“Jika orang yunani bangga dengan teathernya dan Prancis bangga dengan sinemanya, maka sudah seharusnya lah kita sebagai muslim bangga dengan seni kaligrafi”, Ujar Syeikh Hamidi.

Menurutnya, dalam menciptakan seni kaligrafi harus mampu menciptakan metode baru dengan tujuan memudahkan seni kaligrafi.

“Saat ini kita sadari bahwa sebagian orang sudah tidak suka lagi menulis dengan tangan, maka metode Hamidi ini hadir dengan konsep mudah bagi yang ingin belajar dengan mudah,” ungkapnya.[T Irawan]

Related posts