Kiprah Gubernur Aceh Atasi Kemacetan Di Darussalam

Gubernur Aceh, Mantan Ketua Bappeda Abubakar Karim, Wakil Ketua DPR Aceh Sulaiman Abda

DARUSSALAM (KANAL ACEH) — merupakan salah satu wilayah tempat berdirinya dua kampus besar di Aceh, yakni Universitas Syiah Kuala, dan Universitas Islam Neger (UIN) Ar-Raniry. Selain dua kampus tersebut, terdapat beberapa sekolah unggulan, dari tingkat dasar hingga menengah dikawasan ini.

Sebagai pusat pendidikan di Aceh, kawasan Darussalam setiap harinya dipadati puluhan ribu kenderaan bermotor, baik roda dua maupun roda empat yang hilir mudik dari dan ke kawasan ini.

Akibatnya, kemacetan kerap melanda Darussalam, dan ini terjadi pada jam sibuk, pagi, siang dan sore hari. Salah satu penyebab macetnya kawasan ini, adalah dikarenakan sempitnya jembatan yang menghubungkan kawasan Darussalam dengan wilayah sekitarnya.

Sudah puluhan tahun keruwetan lalu lintas terjadi dikawasan ini, dan pada saat Pemerintahan Aceh dipimpin oleh Gubernur Zaini Abdullah, dan wakilnya Muzakir Manaf, dirintislah upaya upaya untuk membebaskan wilayah ini dari kemacetan.

Senin, 30 November 2015, Gubernur Aceh Zaini Abdullah, Wakil Ketua DPR Aceh Sulaiman Abda, Kepala Dinas Bina Marga Rizal Aswandi, dan Kepala Cabang, PT Waskita Karya, Sanusi, melakukan ground breaking tanda dimulainya pembangunan jembatan Lamnyong.

 

Gubernur Aceh, Zaini Abdullah.

Gubernur Aceh Zaini Abdullah menegaskan, pembangunan jembatan Lamyong, adalah bukti pihaknya untuk membebaskan kawasan ini dari kondisi macet dan lalu lintas yang semrawut.

Tentu, kata Zaini, keberadaan jembatan ini adalah hal yang monumental untuk memberika realitas dari persoalan yang ada, terutama untuk pelajar, dan mahasiswa yang mengenyam pendidikan di dua kampus besar di Aceh, yakni Unsyiah dan UIN Ar Raniry.

Perluasan dan pembangunan jembatan ganda di Lamnyong ini, juga tidak terlepas dari masukan banyak pihak, terutama Rektor Unsyiah Bapak Samsul Rizal, dan Bapak Rektor UIN Farid Wajdi Ibrahim.

Untuk pelaksana proyek, yakni PT Waskita Karya, tegas gubernur, dirinya meminta agar waktu penyelesaian jembatan Lamyong ini tidak molor, dan bahkan kalau bisa dapat diselesaikan lebih cepat dari jadwal.

“Keberadaan jembatan Lamnyong ini sudah sangat mendesak, dan dibutuhkan masyarakat,” tukas gubernur.

Gubernur juga mengungkapkan, sebelum berakhirnya masa jabatan dirinya pada 2017 mendatang, Ia ingin semua proyek-proyek besar di Aceh dapat dituntaskan. Dan untuk itu, sambung gubernur, kepada para kontraktor pelaksana proyek untuk tidak main-main menyangkut persoalan waktu penyelesaian kerja. “Semua pekerjaan mesti diselesaikan  tepat waktu,” tandasnya.

Namun, tegas gubernur, tepat waktu juga harus dibarengi dengan kualitas dan spesifikasi kerja yang sesuai, sebab selain mendukung kegiatan pendidikan, keberadaan jembatan ini juga dapat menopang geliat ekonomi masyarakat.

 

Kepala Dinas Bina Marga, Rizal Aswandi.

Kepala Dinas Bina Marga Aceh, Ir Rizal Aswandi, Senin (30/11) menerangkan, pembangunan jembatan Lamnyong telah direncanakan oleh pihaknya sejak tahun 2011, dan baru pada era Gubernur Zaini Abdullah, secara fisik jembatan ini dapat di wujudkan.

Secara teknis, jelasnya, jembatan ini, nantinya akan dibangun sepanjang 300 meter, dengan lebar 8,75 meter, dan berada disisi jembatan lama. “Jadi nanti ada dua jembatan yang menjadi akses masuk ke kawasan Darussalam,” katanya.

Pelaksana proyek pembangunan Jembatan Lamnyong senilai Rp89,2 miliar ini, dipercayakan kepada PT Waskita Karya Tbk, dan untuk pengawasan dilakukan oleh PT Lavita Inti, dan perencananya adalah CV Profestama Plan.

Untu sumber pembiayaan, sebut Rizal, anggaran pembangunan jembatan Lamnyong ini murni dari APBA, dan sesuai kontrak, penyelesaian pekerjaan ini diharapkan tuntas selama 450 hari.

Kedepan, kata Rizal, pihaknya juga akan merencanakan pembangunan under pass, ramp dan fly over untuk mendukung keberadaan jembatan ini, agar kawasan ini lebih indah, dan juga lebih memperlancar arus lalu lintas dikawasan itu.

Selain jembatan Lamnyong, Pemerintah Aceh juga akan segera merampung sejumlah proyek infrastruktur lainnya di Kota Banda Aceh, diantaranya Jembatan Krueng Cut, untuk mendukung keberadaan Pelabuhan Raya sebagai pusat perekonomian, dan juga Fly over sepanjang 800 meter di kawasan simpang Surabaya, dan jalan Tgk Cik Di Tiro.

 

Sanusi, Kepala Cabang PT Waskita Karya

Kepala Cabang PT Waskita Karya, Ir Sanusi, kepada menegaskan komitmennya untuk menyelesaikan pekerjaan pembangunan jembatan Lamnyong sesuai dengan waktu kontrak. “Insya Alloh kita dapat selesaikan dengan waktu yang ditetapkan di kontrak, dan tentu dengan mutu dan kualitas terbaik,” terangnya.

Secara teknis, kata Sanusi, tidak ada kendala berarti dalam penyelesaian pekerjaan ini, dan dengan kondisi yang ada, bisa jadi pekerjaan pembangunan bisa lebih cepat dari jadwal yang ada. “Target kami sesuai dengan waktu kontrak, namun bukan tidak mungkin bisa lebih cepat,” tukasnya.

Apalagi, tambah Sanusi, sebagai BUMN, Waskita Karya sangat familiar dan terbiasa mengerjakan proyek-proyek seperti jembatan dan lainnya. “Ini pekerjaan biasa yang dilaksanakan oleh Waskita Karya,” tandasnya.

 

Prof Samsul Rizal, Rektor Universitas Syiah Kuala.

Rektor Universitas Syiah Kuala, Prof Samsul Rizal, menyambut baik pembangunan jembatan Lamnyong yang dilakukan oleh Pemerintah Aceh saat ini.

Menurutnya, keberadaan jembatan itu akan mengatasi kemacetan yang kerap terjadi pada jam sibuk, yakni pagi dan sore hari. Selain itu juga, tambah Rektor, pihaknya mengharapkan, jalan dari kiri dan kana kampus juga bisa ditingkatkan menjadi jalan utama arah ke Tungkop.

Rektor menyebutkan, pada tahun 2000, kampus Unsyiah telah membangun jalan lingkar, dan telah diserahkan kepada pemeritah Aceh, dan bila nanti jalan tengah arah kampus ditingkatkan, dirinya menginginkan agar jalan tersebut diserahkan kepada pihak Unsyiah, demi ketertiban dan keamanan kampus, terangnya. [Advertorial]

Related posts