Bukti Dahsyatnya Tsunami Di Gampong Gurah

KUBAH Masjid di Gampong Gurah, Kec Peukan Bada, Aceh Besar. FOTO : Saky

GAMPONG Gurah, Kecamatan Peukan Bada, Aceh Besar, adalah satu dari ratusan wilayah dikabupaten ini yang saat terjadinya musibah tsunami 11 tahun lalu, tepatnya 26 Desember 2004, luluhlantak dihempas gelombang maha dashyat.

Dibutuhkan waktu 15 menit untuk mencapai Gampong Gurah dari pusat Kota Banda Aceh, dengan jarak lebih kurang 3 kilometer. Secara geografis, Gampong Gurah berada di antara dua bibir pantai, yakni Pantai Ulee Lheu, dan hanya terpaut beberapa kilometer dari pantai Lhoknga.

Dan di Gampong Gurah inilah terdapat satu situs yang menjadi saksi dan sepenggal kisah dahsyat tsunami Aceh yang terjadi 11 tahun yang silam.

Situs itu adalah Kubah Masjid, yang terletak beberapa meter dari Kantor Keuchik Gampong Gurah, dengan akses jalan berbatu, dan belum di aspal.

Kubah masjid yang berstruktur beton, dengan kombinasi cat berwarna hitam pada bagian kubahnya, serta didominasi beton bertulang yang merangkai keseluruhan struktur kubah.

Menurut salah satu warga, Mahlil Muhammad Daud, Sabtu (26/12), kubah masjid itu diperkirakan memiliki berat 70 ton lebih, dan usai air surut pasca tsunami, mendarat persis ditengah persawahan warga.

Sebenarnya, kata Mahlil, kubah ini merupakan bagian dari Masjid di Gampong Lamtengoh, yang jaraknya lebih kurang tiga kilometer dari posisi kubah saat ini.

Menurut saksi mata yang menceritakan kepada saya, ungkap Mahlil, saat tsunami terjadi, kubah ini terbawa gelombang, dan sempat berputar-putar di kawasan Peukan Bada ini, sebelum akhirnya mendarat di Gampong Gurah.

Saat pertama kali terdampat di Gampong ini, hanya ada lembaran-lembaran alquran di bagian penampang di bawah kubah yang berserakan, dan saat ini lembaran itu di tempatkan disebelah sisi bangunan yang dibangun secara swadaya oleh masyarakat.

Keuchik, atau kepala desa Gampong Gurah, Djafar, Sabtu (26/12) menambahkan, sebelum tsunami, jumlah penduduk di wilayahnya mencapai 700 jiwa, namun gelombang maha dahsyat itu telah merengut lebih dari 550 jiwa warganya.

Keberadaan kubah masjid ini, kata Djafar, saat ini tengah dikembangkan pihaknya sebagai salah satu tujuan wisata, sebab tiap minggunya banyak warga dari daerah lain yang berkunjung kesini, dan tak terkecuali dari negara lain seperti Malaysia.

Dan bahkan, kata Djafar, ada seorang warga Malaysia, yang telah membantu untuk merehabilitasi tempat ini, dengan membangun mushola untuk sarana ibadah.

Sebenarnya, kata Djafar, pihaknya telah mengusulkan kepada Pemerintah Aceh untuk membangun kawasan kubah masjid ini sebagai situs wisata dengan fasilitas yang lengkap, namun kendala utama dari prosesnya adalah pembebasan lahan.

Karena itu, Ia berharap, Pemerintah Aceh serius untuk membangun kawasan kubah masjid ini, sebab selain sebagai situs tsunami, dengan pembangunan kawasan ini, akan meningkatn jumlah kunjungan wisata, yang secara ekonomi akan berdampak pada pendapatan masyarakat gampong ini sendiri, jelasnya. [Saky]

Related posts