Bermodal 1 juta, kini Omset ustad Idris capai ratusan juta

Bermodal 1 juta, kini Omset ustad Idris capai ratusan juta

Banda Aceh (KANALACEH.COM) – Dirumahnya yang seluas 250 meter persegi tersebut, terlihat ratusan botol masih berserakan, dan sebagian lainnya tertata rapi. Botol-botol kosong tersebut merupakan wadah tempat sabun cair Mu’tabar milik Bapak Muhammad Idris Harahap.

Mu’tabar adalah merek dagang sabun cair yang diproduksi oleh Muhammad Idris Harahap, warga Ulee Kareng, Banda Aceh.

“Maaf tempat saya agak sedikit berantakan,” kata Muhammad Idris mengawali diskusi, Jumat (15/1) di rumahnya di Banda Aceh.

Idris menjelaskan, saat ini permintaan akan sabun cair miliknya terus meningkat, sehingga dirinya saat ini agak kelimpungan untuk memenuhi permintaan pasar, ditambah lagi modal yang Ia miliki masih terbatas untuk menambah kapasitas produksi. “Buat sabun cair ini butuh modal besar, terutama untuk pembelian bahan baku dan juga wadah penyimpan,” jelas Idris.

Muhammad Idris, yang kerap disapa warga sekitar dengan sebutan Ustad tersebut menceritakan bahwa, usaha yang Ia rintis dimulainya beberapa tahun lalu, dengan modal awal Rp1 juta, kini usaha miliknya dengan produksi Sabun Cair Merek Mu’tabar terus berkembang, dan hampir setiap warung kopi, usaha kuliner dan pesantren di Aceh telah menggunakan sabun cair miliknya.

“Pelanggan saya rata-rata warung kopi, pesantren atau dayah, dan usaha rumah makan yang tersebar di Banda Aceh, Aceh Besar, Pidie, Bireuen, dan sebagian wilayah timur Aceh,” ungkapnya.

Selain persoalan pembiayaan untuk menambah kapasitas produksi, kendala lain yang saat ini dihadapi Muhammad Idris adalah ketiadaan pabrik untuk produksi dan sekaligus gudang penyimpanan. “Saya butuh workshop untuk produksi sabun, sudah beberapa kali mengajukan proposal ke Pemerintah Aceh, namun hingga saat ini belum ada respon positif dari pemerintah,” keluh Idris.

Dipasaran, sabun cair Mu’tabar milik Muhammad Idris tersedia dalam tiga jenis kemasan, yakni ukuran 280 ML, 500 ML, dan 1.000 ML.

Idris mengakui, saat ini terdapat bank daerah yang telah membantu modal usaha miliknya, namun hal tersebut belum mencukupi, sebab permintaan pasar kian tinggi, dan beberapa pihak yang meminta menjadi agen pemasaran di daerah terpaksa Ia tolak sebab untuk meningkatkan kapasitas produksi dibutuhkan modal yang tidak sedikit.

“Di Aceh saat ini hanya ada satu agen tunggal, dan sebenarnya banyak yang ingin menjadi agen, namun kapasitas produksi belum dapat ditingkatkan,” ungkapnya.

Saat ini, pabrik yang dimiliki Idris mempekerjakan sebanyak 20 karyawan, dengan beberapa pekerja tetap dan juga buruh harian.

Idris berharap, pemerintah Aceh dapat merespon permintaannya selama ini, yakni untuk pembuatan gudang penyimpanan, dan gedung pabrik. “Yah saya masih berharap pemerintah memberikan perhatian terhadap produk lokal seperti sabun cair yang saya produksi,” tandasnya. [Saky]

Related posts