Adat dan budaya Aceh bersendi Islam

Adat dan budaya Aceh bersendi Islam
GUBERNUR Aceh, Zaini Abdullah, Wali Nanggroe, PYM Malik Mahmud, dan Menkoinfo, Rudiantara, usai pembukaan malam puncak HUT TMII, di Jakarta, Rabu (20/4). FOTO : HUMAS Aceh

Banda Aceh (KANALACEH.COM) – Gubernur Aceh, Zaini Abdullah, Rabu (21/4), menerangkan, bahwa budaya Aceh yang sarat dengan syair-syair bernuansa Islam. Para ulama, umara dan tokoh adat, sebut Zaini Abdullah, juga saling bahu-membahu dalam memperkokoh fondasi seni budaya dalam kehidupan masyarakat Aceh.

Karena itu dalam budaya Aceh ada pepatah mengatakan “adat bak po teumeureuhom, hukom bak Syiah Kuala, qanun bak Putroe Phang, Reusam bak Lakseumana’.

Secara harfiah, hal itu bermakna bahwa penguatan adat tanggungjawab raja, hukum harus merujuk pada keputusan tuan puteri, dan keamanan negeri tanggungjawab laksamana atau bentara,” kata Gubernur Aceh, Perayaan HUT Taman Mini Indonesia Indah (TMII) ke-41 & dan Festival Budaya Indonesia Nusantara, Jakarta, Rabu (20/5) malam.

Malam puncak perhelatan tahunan itu berlangsung meriah dan spektakuler. Turut dihadiri Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudianta, Perwakilan DPD dan DPR RI, Wali Nanggroe Aceh Malik Mahmud Al-Haytar, Direktur Utama TMII Bambang Susanto, para pejabat tinggi negara, perwakilan Duta Besar negara sahabat, Walikota Banda Aceh Hj Illiza Saa’duddin Djamal, para Bupati serta sejumlah Kepala SKPA lingkup Pemerintah Aceh.

Pepatah itu, lanjut gubernur, menunjukkan kuatnya pengaruh pemimpin atau po Teumeureuhom dalam sistem pemerintahan dan pelestarian budaya di Aceh.

Pemimpin, tegas Zaini Abdullah harus didampingi ulama, yang berperan mengawal tegaknya Syariat Islam dalam kehidupan masyarakat. Ada pula peran para cendekiawan, yang disimbolkan dengan keberadaan Putroe Phang, yaitu permaisuri yang bijak dalam membuat keputusan. “Diperkuat pula dengan reusam, yaitu tatanan hukum adat yang dihasilkan oleh para pemangku adat,” ujar Doto Zaini, penuh semangat.

“Adat ngon hukom lagee zat ngon sifeut, yang artinya adat dan hukum adalah dua hal yang tak bisa dipisahkan. Kalimat ini menjadi bukti bahwa hubungan budaya Aceh dan  Islam sangatlah erat,” tandas Mantan Menteri Luar Negeri GAM itu.

Tak heran, kata Doto Zaini, jika syair-syair Islam melekat erat pada seni budaya Aceh, seperti pada tari Saman, tari Seudati, tari Ratoh Duek, Didong dan lain sebagainya.  “Bahkan rencong sebagai senjata tradisional Aceh konon merujuk kepada tulisan Bismillah. Semua ini bagian dari ragam budaya bangsa yang pantas kita banggakan,” imbuh Zaini Abdullah.

Kemeriahan juga terlihat dari busana yang dikenakan oleh ratusan para undangan, yaitu batik Kerawang Gayo, yang bercorak kuning emas. Dipadu dengan garis hijau hitam dengan dasar kainnya berwarna merah terang. Batik Kerawang Gayo tersebut telah ditetapkan sebagai pakaian resmi acara perayaan ulang tahun TMII tahun ini.

Rombongan Menteri dan Gubernur Aceh yang tiba sekira pukul 20.15 Wib, disambut dengan tari ranup lampuan. Selanjutnya rombongan menuju pentas utama, tempat digelarnya puncak perayaan HUT ke 41 Taman Mini Indonesia Indah.

Rangkaian acara dimulai dengan pembacaan ayat suci Al-qur’an oleh Takdir Feriza Hasan. Takdir Feriza merupakan qari terbaik Aceh, peraih juara Turkey International Holy Qur’an Memorization and Recitation Competition di Istanbul, tahun lalu. [Saky/rel]

Related posts