Nelayan diminta waspada cuaca ekstrem di Aceh Selatan

Ilustrasi cuaca ekstrem. (Antara Foto)

Tapaktuan (KANALACEH.COM) – Panglima Laot Aceh Selatan mengeluarkan peringatan sekaligus imbauan kepada para nelayan di daerah itu agar meningkatkan kewaspadaan saat mencari ikan di laut lepas menyikapi cuaca ekstrim yang sedang melanda wilayah itu.

“Kalau di Aceh kondisi seperti sekarang ini disebut sedang musim barat. Musim ini biasanya terjadi mulai bulan Mei hingga berakhir Juli mendatang,” kata Panglima Laot Aceh Selatan, Tgk M Jamil kepada wartawan di Tapaktuan, Rabu (18/5).

Perairan laut Aceh Selatan sejak sepekan terakhir sangat ekstrim yang ditandai gelombang pasang dengan ketinggian mencapai 3 meter lebih disertai badai dan angin kencang.

Jamil menyatakan, untuk menandai datangnya musim barat tersebut sangat mudah, yakni selain ketinggian gelombang di perairan laut mencapai 3 meter lebih disertai badai dan angin kencang juga air laut di wilayah pesisir mengalami pasang besar.

Menurutnya, di masa-masa datangnya musim barat tersebut, selain menghambat para nelayan mencari ikan dilaut juga makin memperparah terjadinya abrasi pantai akibat derasnya hantaman ombak ke wilayah daratan.

Ia mengatakan, karena sedang menghadapi musim barat tersebut maka sejak sepekan terakhir hampir mayoritas nelayan di daerah itu tidak melaut untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Para nelayan setempat lebih memilih menambatkan boat atau perahunya di pinggir pantai serta di kolam pelabuhan.

Misalnya seperti di Pelabuhan Lhok Meukek, Kecamatan Meukek, kata M Jamil, setelah dikeluarkan warning oleh pihaknya, maka sejak beberapa hari terakhir cukup ramai nelayan yang tidak melaut.

Selama menganggur dari aktivitas melaut tersebut, para nelayan setempat memanfatkan waktu dengan cara memperbaiki jaring serta peralatan nelayan lainnya dan membersihkan perahu atau boat mereka masing-masing.

“Jika pun dari mereka ada yang sudah berangkat ke laut lepas, kami sudah mengirimkan pesan kepada mereka agar ekstra hati-hati. Jika memang kondisi cuaca di tempat mereka berada sangat buruk, maka kami minta agar segera kembali ke daratan. Ternyata imbauan itu ditindaklanjuti serius yang dibuktikan dari sudah banyak para nelayan yang kembali ke daratan,” kata M Jamil.

Menurutnya, kondisi yang sedang dialami oleh nelayan Aceh Selatan tersebut bukan merupakan persoalan baru, melainkan kondisi keadaan alam yang sudah rutin terjadi setiap tahunnya.

Karena itu, meskipun datangnya musim barat tersebut mengakibatkan para nelayan setempat hilang mata pencaharian, namun tetap tidak mengganggu perekonomian mereka sebab kondisi itu tidak akan berlangsung lama, melainkan hanya sesaat.

“Meskipun jadwal datangnya musim barat itu mulai bulan Mei sampai akhir Juli mendatang, namun bisa saja setelah satu minggu atau dua minggu ke depan langsung mereda (berakhir),” ujarnya.

Jika dilihat beberapa hari ke depan sudah memungkinkan, kata Tgk M Jamil, biasanya para nelayan langsung beraktivitas. Artinya bahwa aktivitas nelayan mencari ikan pun tergantung kondisi di lapangan, bukan jadwal baku harus menganggur selama batas waktu tertentu.

Terhambatnya para nelayan mencari ikan di laut karena wilayah perairan laut Aceh Selatan sedang dilanda cuaca ekstrim, telah berdampak langka dan melambungnya harga ikan basah di tingkat konsumen.

Masyarakat setempat mengalami kesulitan mendapatkan ikan segar di tempat-tempat penjualan ikan yang selama ini sering didatangi. Jikapun tersedia, ikan-ikan tersebut sudah tidak segar lagi (diawetkan dengan es) dan harganya pun jauh melambung dari harga normal biasanya.

“Iya, biasanya ikan masih segar sangat mudah didapat, tapi sejak sepekan terakhir sudah langka, jikapun ada harganya sudah naik mencapai dua kali lipat,” ucap Khatijah, seorang ibu rumah tangga di pasar Lhok Meukek.

Warga setempat berharap cuaca ekstrim yang melanda wilayah itu dapat segera berakhir, sehingga para nelayan bisa melaut kembali seperti biasa.

Jika di hari-hari biasa dengan kondisi cuaca mendukung, nelayan setempat mampu menghasilkan tangkapan ikan secara maksimal. “Bahkan selain cukup dikonsumsi masyarakat setempat juga mampu diekspor ke luar daerah,” kata Tgk M Jamil. [Antara]

Related posts