Beginilah perbedaan darurat sipil di Aceh dan Turki

Aktivis PuKAT, Thayeb Loh Angen (kiri) bersama Metin Dogan (kanan) merupakan pria yang menghadang tank tentara sendirian di malam kudeta gagal 15 Juli 2016. FOR RAKYAT ACEH

Banda Aceh (KANALACEH.COM) – Turki baru saja melewati masa kudeta oleh gerakan kelompok separatisnya. Selama masa kudeta tersebut, pemerintah negara setempat memberlakukan darurat sipil.

Berbicara soal darurat sipil, di Indonesia juga pernah diberlakukan hal itu. Persisnya ketika masa gejolak Gerakan Aceh Merdeka (GAM) beberapa tahun lalu.

Kendati pernah memberlakukan darurat sipil, ternyata metodenya yang diterapkan kedua negara ini tidak sama.

Berdasar pengakuan aktivis kebudayaan dari Pusat Kebudayaan Aceh-Turki (PuKAT), Thayeb Loh Angen yang baru saja mengikuti konferensi internasional tentang kegagalan kudeta Turki beberapa waktu lalu.

Dikatakan Thayeb Loh Angen, pemberlakuan darurat sipil di Turki, tidak seperti darurat yang terjadi di Aceh dulu. Di Turki, darurat sipil tidak menakutkan. Berbeda dengan di Aceh, darurat sipilnya sangat menakutkan masyarakat.

“Tidak ada pemeriksaan penduduk. Polisi cuma disiapkan di tempat ramai dengan siap tembak, tapi mereka dan mobilnya dalam lingkaran police lines, tidak mengganggu penduduk,” kata Thayeb Loh Angen yang dilansir Rakyat Aceh (Jawa Pos Group), Senin (31/10).

Konferensi internasional itu diikuti oleh aktivis kebudayaan, penggiat dari 54 Non-governmental organization (NGO) Internasional dan 10 NGO Turki.

Pada acara yang berlangsung di di Faculty of Theology, Marmara University, Uskudar, Istanbul, 27-28 Oktober 2016 itu juga membahas  “Failed Coup and the Future of Civil Society in Turkey”

Dalam pertemuan itu, beberapa hal lain juga ikut dibahas. Diantaranya tentang kondisi kekinian di Turki. Masyarakat Turki kini semakin bersatu dalam demokrasi rakyat. [Jawapos.com]

Related posts