ISIS diduga luncurkan serangan gas beracun di dekat Palmyra

Ilustrasi. (satuislam)

Suriah (KANALACEH.COM) – Kelompok pemerhati perang Suriah pada awal pekan ini melaporkan terdapat serangan gas di sejumlah wilayah yang dikuasai ISIS di dekat kota tua Palmyra, yang baru-baru ini kembali jatuh ke tangan kelompok militan itu. Sedikitnya 53 orang tewas akibat serangan gas itu.

Syrian Observatory for Human Rights dalam laporan yang dirilis pada Senin (12/12) mengutip sejumlah sumber lokal di dekat lokasi serangan di provinsi Hama timur, sebelah barat laut Palmyra, bahwa terdapat kasus sesak nafas yang menyebabkan puluhan orang terluka usai serangan roket di wilayah itu.

Korban tewas termasuk 28 anak, menurut laporan Observatory, dikutip dari Reuters.

Sejumlah sumber lokal juga mengungkapkan kepada Observatory mereka melihat beberapa jasad warga yang tergeletak tanpa tanda-tanda terluka, salah satu ciri korban serangan gas beracun.

Serangan itu dilaporkan diluncurkan dari udara di kota Uqairabat, yang terletak di jalan utama yang mengarah ke selatan ke Palmyra dari wilayah yang dikuasai pemerintah. Observatory tidak menyebutkan secara langsung ISIS bertanggung jawab atas dugaan serangan ini.

Media pro-ISIS, Amaq, merilis pernyataan secara daring bahwa 20 orang tewas dan sekitar 200 lainnya menderita masalah pernapasan “akibat serangan udara Rusia [yang mengandung] gas sarin.”

Ahmad al-Dbis dari Union of Medical Care and Relief Organizations (UOSSM) menyatakan sekitar 86 orang tewas dan 250 lainnya terluka dalam serangan pada Senin itu.

UOSSM adalah koalisi dari lembaga bantuan internasional yang mendanai sejumlah rumah sakit di Suriah. Organisasi ini sering menugaskan stafnya ke sejumlah daerah yang kemudian dikuasai ISIS.

Baik tentara Suriah maupun Rusia yang membantu rezim Bashar al-Assad membantah menggunakan senjata kimia dalam meluncurkan serangan militer.

Ini bukan kali pertama gas beracun digunakan dalam serangan militer di Suriah. Penyidik PBB menetapkan bahwa gas sarin digunakan di bagian yang dikuasai pemberontak Ghouta pinggiran ibu kota Damaskus pada 2013 lalu.

Amerika Serikat juga menuding pemerintah Suriah melakukan serangan gas beracun, yang diperkirakan menewaskan sekitar 1.400 orang. Namun, Damaskus membantah bertanggung jawab atas serangan itu dan menyalahkan pemberontak.

Penyelidikan PBB tahun ini menemukan bahwa militer Suriah menggunakan gas klorin dalam serangan terhadap pemberontak. ISIS juga dilaporkan menggunakan senjata kimia dalam berbagai serangannya.

Damaskus menuding kesimpulan penyelidikan PBB tersebut tidak benar.

Kelompok militan ISIS merebut kembali Palmyra pada Minggu (11/12) meski digempur puluhan serangan udara Rusia. Padahal, ISIS berhasil diusir dari kota yang penuh situs bersejarah itu pada Maret lalu.

Kejatuhan kembali Palmyra ke tangan ISIS menunjukkan bahwa sistem pertahanan militer Suriah yang dibantu Rusia tidak cukup efektif untuk memberangus militan di kawasan itu.

Palmyra merupakan kota tua yang dipenuhi berbagai situs bersejarah peninggalan zaman Romawi. Reruntuhan bangunan bersejarah menjadi saksi bisu pertempuran perang saudara yang sudah memasuki tahun keenam di Suriah. [CNN]

Related posts