Sahabat Wiji Thukul tagih pemerintah soal penghilangan paksa

Wiji Thukul saat membacakan Puisi. (Tempo)

Jakarta (KANALACEH.COM) – Presiden Joko Widodo diundang untuk menonton bareng film berjudul Istirahatlah Kata-Kata. Keluarga dan sahabat Wiji Thukul berharap film ini akan menjadi pengingat bahwa negara masih punya utang sejarah terhadap kasus penculikan pada masa lalu.

“Ekspektasi film ini akan membuat orang bertanya kembali tentang kasus penghilangan paksa, yang akan membuat negara gelisah sehingga melakukan proses hukum dan pencarian korban,” kata sahabat Wiji Thukul, Rahardjo Waluyo Jati, Minggu (8/1), di Kedai Tjikini, Menteng, Jakarta Pusat.

Istirahatlah Kata-Kata akan mulai tayang di bioskop di delapan kota mulai 19 Januari 2017. Film yang disutradarai Yosep Anggi Noen ini berkisah tentang pelarian aktivis-penyair Wiji Thukul dari kejaran aparat pada akhir rezim Orde Baru.

Dia harus bersembunyi ke Pontianak meninggalkan keluarganya di Solo karena dianggap terlibat dalam kasus kerusuhan 27 Juli 1996 di Jakarta.

Wiji Thukul adalah satu dari sekian aktivis prodemokrasi pada zaman Orde Baru. Dia kerap mengkritik penguasa melalui puisi-puisinya. Kehidupan aktivisme yang dijalani membuat dia harus dikejar-kejar rezim penguasa saat itu.

Adik Wiji Thukul, Wahyu Susilo, mengatakan apa yang diharapkan keluarga terhadap kasus Wiji Thukul adalah adanya kepastian. Sebab, hampir 20 tahun keluarga tidak tahu di mana keberadaan Wiji, apakah masih hidup atau sudah meninggal.

Harapan itu terungkap dalam salah satu adegan di film Istirahatlah Kata-Kata melalui ucapan Sipon, istri Wiji. “Saya tidak ingin kamu pergi, saya tidak ingin kamu pulang, yang saya inginkan kamu ada, apa pun kondisinya,” ujar Wahyu menirukan ucapan Sipon.

Rahadjo mengatakan Istirahatlah Kata-Kata adalah film yang berkisah tentang dunia batin seorang sastrawan. Dia mengatakan film ini bukanlah film yang berbicara soal politik, tapi soal kemanusiaan. Film ini, kata Raharjo, hanya ingin berbagi bagaimana kita harus menjaga orang yang kita cintai.

“Film ini bertutur, bagaimanapun kerasnya kehidupan dan tantangan, yang jadi prioritas Wiji adalah keluarga,” tutur Rahardjo.

Wiji Thukul, kata dia, telah memenuhi kewajibannya. “Tugas kita hari ini mencari kejelasan teman-teman yang belum kembali karena ini janji pemerintah,” ucap Rahardjo.

Aktivis yang juga menjadi korban penculikan, Nezar Patria, mengatakan Istirahatlah Kata-Kata adalah film pertama yang mengangkat kisah korban penculikan.

“Nilai lebih film ini adalah dia dibuat generasi pasca-98, saat itu mungkin mereka masih SMP,” kata Nezar. Dia berharap film ini bisa ditonton banyak orang untuk mengetahui sejarah menjelang keruntuhan Orde Baru. [Tempo]

Related posts