Polisi amankan bendera Alam Peudeung di dua kabupaten berbeda

Bendera Alam Peudeung yang berkibar di puncak gedung Setdakab Aceh Timur, Senin (23/1). (Ist)

Banda Aceh (KANALACEH.COM) – Pihak kepolisian telah mengamankan bendera Alam Peudeung di Kabupaten Pidie dan di Kabupaten Aceh Timur, Senin (23/1). Di Kabupaten Pidie, polisi mengamankan tiga lembar bendera tersebut berukuran 100 cm x 150 cm di 3 lokasi.

Sedangkan di Aceh Timur, bendera Alam Peudeung tersebut berkibar di puncak gedung Setdakab Aceh Timur dan telah diturunkan oleh Satpol PP Aceh Timur.

“Iya bendera Alam Peudeung ditemukan di dua kabupaten berbeda,” kata Kabid Humas Polda Aceh, Kombes Pol Goenawan saat dikonfirmasi Kanalaceh.com, Senin (23/1) siang.

Lanjut Goenawan, di Pidie polisi mengamankan bendera tersebut di 3 lokasi berbeda, yaitu di Ruko Jalan Lingkar Blang Gampong Lampeude Baro, Kecamatan Pidie yang ditemukan oleh pemilik ruko, Hendra (38).

Kemudian ditemukan bendera tersebut yang dipasang di pagar lapangan sepak bola Gampong Blang Paseh, Kecamatan Pidie yang ditemukan oleh masyarakat setempat.

Selanjutnya, bendera itu juga dipasang di pagar lahan kosong Gampong Peukan Sot, Kecamatan Simpang Tiga, Kabupate Pidie yang ditemukan oleh masyarakat setempat.

Di Kabupaten Aceh Timur, bendera yang sempat berkibar di gedung pemerintahan itu juga ditemukan oleh masyarakat setempat yang kebetulan melintas sekira pukul 13.30 WIB.

Dilansir dari AJNN dikutip dari Atjehpost, diketahui bendera ini sudah berkibar sejak penyatuan dua kerajaan kecil di ujung Sumatera: Meukuta Alam dan Darul Kamal. Penyatuan kerajaan inilah yang kemudian menjadi cikal bakal Kerajaan Aceh Darussalam yang kemudian menguasai Selat Malaka.

Selain Alam Peudeung, Aceh juga memiliki beberapa bendera lainnya yang kerap dipergunakan pada masa kerajaan. Seperti bendera dengan motif pedang tegak berdiri di samping gambar bulan yang disusun rapi dalam bentuk kaligrafi arab yang ditulis dengan tinta.

Bendera tersebut merupakan bendera Kerajaan Pasai yang dipergunakan sebelum menggabungkan diri dengan Kerajaan Aceh.

Bendera ini masih tersimpan rijks museum yang memiliki catatan lengkap tentang perlawanan rakyat Aceh melawan Belanda.

Bendera tersebut disita oleh Belanda pada tahun 1840 dalam penyerbuan ke benteng Malaya saat melawan Kerajaan Aceh. [Aidil Saputra]

Related posts