Suku Mante paling sering terlihat di waktu subuh

Soal Suku Mante, Mensos: Kita lindungi sehingga akar budaya tidak hilang
Diduga Suku Mante. (Youtube)

Jakarta (KANALACEH.COM) – Keberadaan suku Mante di pegunungan Aceh kembali menarik perhatian warganet. Kendati pemerintah melalui Kementerian Sosial telah memastikan keberadaan suku Mante, informasi mengenai masyarakat terasing itu masih sangat terbatas. Sejauh apa karakteristik yang sudah terungkap?

Direktur Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil (KAT) Kementerian Sosial, Hasbullah, mengatakan tim koordinasi dari pemerintah daerah Aceh sedang melakukan pendataan terhadap suku Mante. Hasbullah menjelaskan suku Mante adalah bagian dari komunitas adat terpencil. “Gubernur Aceh akan menindaklanjuti isu ini supaya ada data yang sesungguhnya tentang suku Mante,” kata Hasbullah di Jakarta, Jumat (31/3).

Mengutip penuturan tokoh-tokoh masyarakat Aceh Tengah, Hasbullah mengatakan suku Mante ikut andil dalam perjuangan melawan kolonial Belanda. Warga suku Mante rata-rata berpostur pendek. Tinggi rata-ratanya hanya satu meter. Baik laki-laki maupun perempuan membiarkan rambutnya tumbuh panjang, menjulur hingga ke bokongnya.

Berdasarkan informasi yang ia terima dari salah satu kawannya di Universitas Syiah Kuala, Hasbullah mengetahui umumnya suku Mante terlihat pada waktu Subuh. Pada saat itulah mereka keluar dari gua untuk mengambil air di sungai.

Hasbullah menyatakan Kementerian Sosial sekarang belum bisa melakukan intervensi apapun karena belum memiliki data dan karakteristik warga suku Mante. Pihaknya akan menyiapkan pendampingan sosial apabila suku ini sudah ditemukan dan dimukimkan. Kemensos sedang melakukan koordinasi dengan Dinas Sosial setempat.

Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa memandang penting pemberian ruang bagi suku Mante untuk mendapatkan perlindungan sosial. Kendati lingkungan dan kondisi udara di Aceh masih baik, suku terasing ini tidak lepas dari berbagai ancaman.

“Kami mengidentifikasi 714 suku di Indonesia, dari 714 suku itu ada suku yang mungkin hampir punah. Itu yang perlu kita bangun komunikasi supaya mereka bisa mendapatkan perlindungan yang baik, disiapkan permukiman sosialnya, dan fasilitas-fasilitas lain sebagai bagian dari sebuah permukiman komunitas adat terpencil,” ucap Khofifah. [Republika]

Related posts