Pancasila produk ijtihad para tokoh Islam

Pancasila produk ijtihad para tokoh Islam
Prof Mahfud MD. (Ist)

Banda Aceh (KANALACEH.COM) – Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Prof Dr Moh Mahfud MD mengisi kuliah umum di Universitas Syiah Kuala (Unsyiah), dengan tema “Mengawal Ideologi Negara Melawan Radikalisme” di gedung AAC Dayan Dawood, Banda Aceh, Senin (24/7).

Mahfud menjelaskan, sebelum memahami bahaya radikalisme maka penting untuk mengetahui terlebih dahulu bagaimana ideologi negara ini yaitu Pancasila dibentuk.

Karena menurut Mahfud, Pancasila adalah produk ijtihad para tokoh islam yang menginginkan  bangsa ini bersatu. Dengan mempertimbangkan pada tiga hal, yaitu Negara adalah fitrah untuk memanusiakan manusia (beribadah), Kaum muslim sudah ikut bermusyawarah sehingga lahir “Darul Ahdi”,  dan hukumnya elektisitas dari nilai-nilai yang subtansif.

“Inilah yang harus kita ramu dalam diri kita sebagai kader bangsa. Oleh sebab itu saudara paham negara ini bisa merdeka karena punya pengikat, yaitu idiologi negara Pancasila. Dan islam bisa menerima hal tersebut karena islam tidak mendapat tekanan apapun atau tidak diskriminasi,” jelas Mahfud.

Mahfud juga menjelaskan, bagaimana islam bisa menerima Pancasila. Mengutip kalimat Nurkhalis Madjid ia mengatakan bahwa dalam Pancasila ada tiga hal yang sesuai dengan prinsip islam yaitu  mempetemukan kesamaan (kalimatun sawa’), kesatuan ketuhanan (ummatan wahidatan), dan lurus tapi toleran (Al hanafiyyah Al Samhah).

Maka menurut Mahfud, radikalisme tidak dapat diterima di Indonesia karena mengancam solidaritas antar sesama anak bangsa, sebab radikalisme secara definisi berarti membongkar secara total atas sistem yang telah berlaku. Radikalisme juga adalah bentuk pengkhianatan terhadap pemimpin bangsa.

“Jadi radikalisme itu harus dilawan karena selanjutnya akan diikuti aksi teror,” tegas Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia ini.

Rektor Unsyiah Prof Dr Samsul Rizal mengatakan, kuliah umum seperti ini sangat penting bagi masyarakat Aceh khususnya para mahasiswa, agar mereka bisa memahami ideologi negara dengan baik sehingga benih-benih radikalisme tidak muncul di Aceh. Apalagi Aceh punya riwayat konflik bersenjata selama 30 tahun.

“Tapi kini kita bisa melihat secara langsung. Contohnya, Pilkada Aceh yang lebih aman dari Jakarta dan provinsi lain. Inilah berkah perdamaian, dan semoga rasa aman seperti ini bisa terus berlanjut,” ungkap Samsul.

Hadir dalam Kuliah Umum ini Para Wakil Rektor Unsyiah, Staf Ahli Gubernur Aceh, Kapolda Aceh, Pangdam Iskandar Muda, Kajati Aceh, dan Bankir asal Aceh Adnan Ganto. [Aidil/rel]

Related posts