Ini penyebab banyaknya makam ulama di Gampong Pande hilang

Arkeolog Aceh: Dari 400 makam di Lamuri hanya sebagian yang utuh
Ilustrasi - Batu nisan kuno yang ada di makam Gampong Pande, Banda Aceh. (Kanal Aceh/Fahzian Aldevan)

Banda Aceh (KANALACEH.COM) – Ketua Peubeudoh Sejarah Adat dan Budaya Aceh (Peusaba), Mawardi Usman mengatakan hampir semua kawasan situs sejarah di Gampong Pande, Banda Aceh terdapat nisan kuno. Bahkan jarak setiap nisan hanya hitungan permeter, baik yang terlihat maupun yang sudah terkubur di dalam tanah.

Tidak heran jika di kawasan tersebut yang sekarang dijadikan tempat proyek Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) telah ditemukannya makam para ulama pada kedalaman 7 meter.

Mawardi menyebutkan makam ulama itu ialah, Syeikh Jamaluddin As Samarqandi dari Samarkand Asia Tengah yang termasuk rombongan Syeikh Abdurrauf Seljuqk yang datang ke Banda Aceh tahun 495 hijriyah atau Syeikh Jamaluddin As Samarqandi yang membawa Islam ke tanah Jawa yang dikenal juga dengan Syeikh Jumadil Kubra (1310-1415).

“Masyarakat disana secara turun-temurun telah diceritakan tentang ulama Samarqand yang makamnya ada di dekat di gunongan sampah Gampong Pande,” ujar Mawardi kepada Kanalaceh.com, Jumat (15/9) malam.

Dikatakannya, dalam Hikayat Aceh telah diceritakan bahwa Sultan Johan Syah yang datang dari Negeri Atas Angin (Turkistan) menikah dengan Putri Raja Lamuri dan mendirikan Istana di Gampong Pande pada tanggal 22 Januari 1205 Masehi, dan memerintah hingga tahun 1234 Masehi.

“Kemudian anaknya naik tahta Sultan Riayat Syah pada tahun 1234 M mendirikan Kota Masah di Indrapuri saat ini,” sebutnya.

Kemudian tambah Mawardi, setelah Sultan Riayat Syah wafat 1267 M, anak Sultan Ahmad Syah naik tahta yang saat itu usianya masih kecil.

“Menarik dicatat dalam tahun 1296 M, Sultan Mahmud Syah memindahkan Istana ke Darud Dunya,” katanya.

Menurut Mawardi, tidak ada cerita sebab pemindahan Istana yang tiba-tiba dari Darul Makmur Gampong Pande ke Darud Dunya yang saat ini di lokasi Meuligoe Gubernur. Para ahli memperkirakan karena tsunami yang melanda Aceh masa itu.

“Jika benar tsunami melanda Aceh tahun 1296 M, maka wajar banyak makam tertimbun disana,” sebutnya.

Jika melihat pola pemakaman zaman dahulu, makam ulama didirikan di atas bukit kecil yang tinggi 5-10 meter bahkan ada yang 20 meter. Maka jika dalam kedalaman 7 meter ditemukan makam, maka bisa jadi di bawah makam lagi sekitar 5-10 meter ada kota kuno yang hilang ketika tsunami melanda Banda Aceh dan menimbun kota pada tahun 1296 M.

“Jadi Darud Dunya masa itu pastilah dataran tinggi hingga air berhenti disana. dan ketika tsunami 2004 air juga berhenti di Taman Sari tidak sampai ke Meuligoe,” katanya.

Lanjutnya, Jauh sebelum Belanda datang ke Aceh tahun 1873 M, para ahli yang hebat telah hilang dari Aceh.

“Berbeda dengan sekarang yang dalam hitungan detik berita masuk, zaman dulu antar wilayah dekat saja susah mendapatkan berita,” katanya.

Kata dia, saat ini masih banyak yang misterius tentang Gampong Pande, sebab bisa jadi di bawah kota kuno Merusah Pindi masih ada kuno lain yang terhubung ke zaman Lamuria Kuno. Malah perlu digunakan satelit dan sistem lain yang dapat melihat kedalaman 60 meter isi yang ada dalam tanah kawasan Banda Aceh.

“Sebab seperti dalam Hikayat banyak kota kuno yang disebut termasuklah Indra Purwa yang tenggelam ke dalam laut,” katanya. [Fahzian Aldevan]

Related posts