Unsyiah tuan rumah Indoped Project IV

Unsyiah tuan rumah Indoped Project IV
Para Peserta Indoped Project General Meeting IV berpose bersama setelah pembukaan kegiatan ini di hotel Hermes Palace, Banda Aceh. Kegiatan yang berlangsung mulai tanggal 2 - 4 Oktober 2017 ini melibatkan 11 Institusi pendidikan Indonesia dan Eropa. (Humas Unsyiah)

Banda Aceh (KANALACEH.COM) – Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) menjadi tuan rumah dalam penyelenggaraan Indoped Project General Meeting IV, yang berlangsung mulai tanggal 2 – 4 Oktober 2017 di Hotel Hermes Palace, Banda Aceh.

Indoped Project merupakan program untuk memperbaharui sistem pendidikan melalui metode pengajaran student center learning. Program ini dikembangkan oleh 11 institusi pendidikan yang terdiri dari enam institusi pendidikan di Indonesia dan lima institusi pendidikan tinggi di Eropa  yaitu Finlandia, Spanyol, Belanda, Polandia dan Dermark.

Adapun 11 intitusi pendidikan tersebut adalah Inholland University of Applied Sciences,  Universidad de Sevilla,  University of Gdansk,  Turku University of Applied Sciences dan Erhervsakademi Aarhus (EAAA).

Sementara untuk Institusi pendidikan di Indonesia adalah Universitas Syiah Kuala (Unsyiah), Binus University International (BUI), Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Universitas Widya Mandala Katolik (UWMK) dan Southeast Asian Ministers of Education Organization Regional Open Learning Centre (SEAMOLEC) dari Kemenritekdikti.

Rektor Unsyiah Prof Samsul Rizal yang hadir untuk membuka acara mengatakan, Indoped Project adalah gagasan yang baik untuk meningkatkan mutu pendidikan tinggi agar setiap perguruan tinggi khususnya yang ada di Indonesia bisa bersaing di tingkat global.

“Unsyiah sangat bersyukur bisa terlibat dalam Indoped project ini. Sebab kampus ini juga bertekad untuk meningkat mutu pendidikannya sehingga mampu bersaing di tingkat dunia,” ujar Samsul.

Koordinator Indoped dari Unsyiah, Prof Samadi mengatakan, tujuan kegiatan ini adalah untuk memperbaiki kualitas pengajaran di kampus-kampus yang ada di Indonesia.

Karena menurutnya, ada beberapa metode pengajaran di Eropa yang akan diperkenalkan untuk universitas di Indonesia dan kampus tersebut bisa memilih metode mana yang paling cocok untuk diterapkan.

“Misalnya di Unsyiah itu mengambil contoh yang namanya project hatchery, itu dari Finlandia,” ujar Prof Samadi.

Oleh sebab itu, Prof. Samadi berharap keterlibatan Unsyiah  dalam program ini bisa memperbaiki mutu sistem pengajaran Unsyiah sekaligus membuka networking yang luas bagi Unsyiah baik di tingkat nasional maupun internasional.

Turut hadir dalam kegiatan ini Head of Indoped Project Harri Lappalainen. Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) Unsyiah Prof Hasanuddin serta beberapa dekan fakultas di Unsyiah. [Aidil/rel]

Related posts