Blok A di Aceh mulai beroperasi Semester II/2018

Pemerintah Daerah terima 10% hasil migas
ilustrasi. FOTO : ekonomi.inilah.com

Jakarta (KANALACEH.COM) – Blok A, Aceh yang dioperatori Medco direncanakan mulai menghasilkan gas pertamanya pada semester II/2018.

Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Wisnu Prabawa Taher mengatakan bahwa Blok A memulai produksi gas pertamanya pada semester II/2018. Adapun, kapasitas produksinya sebesar 90 juta kaki kubik per hari (million standard cubic feet per day/MMscfd).

“Yang terakhir kemarin itu semester II/2018,” ujarnya di Jakarta, Senin (11/12) seperti dilansir laman Bisnis.com.

Untuk 2018, dengan telah ditetapkan target produksi siap jual atau lifting minyak 800.000 barel per hari (bph) dan lifting gas 1,2 juta boepd. Kemudian, harga minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) US$48 per barel dan cost recoveryUS$10 miliar.

Sementara itu, penerimaan negara, totalnya ditarget Rp124,59 triliun dengan Rp38,13 triliun berasal jadi pajak penghasilan (PPh) dan Rp86,43 triliun berasal dari penerimaan negara bukan pajak (PNBP). Angka yang disepakati lebih besar dari yang diusulkan yakni totalnya ditarget Rp118,95 triliun dengan PPh sebesar Rp35,92 triliun dan PNBP sebesar Rp83,02 triliun.

Sebelumnya, Wakil Kepala SKK Migas Sukandar, mengatakan saat ini terdapat 86 wilayah kerja produksi dengan satu di antaranya wilayah kerja yang menggunakan kontrak gross split sehingga dampaknya terhadap pengurangan cost recovery belum terlihat di tahun depan.

Adapun, berdasarkan data Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) pada Agustus 2017, cost recovery yang terealisasi US$7,22 miliar dari target US$10,4 miliar. Sementara, bagian pemerintah sebesar US$8,14 miliar dan bagian kontraktor sebesar US$2,87 miliar.

Namun, diperkirakan realisasinya akan melampaui target yakni menjadi US$10,7 miliar. Sebelumnya disebutkan potensi penambahan cost recovery di akhir tahun karena biasanya belanja modal bertambah menjelang penghujung tahun.

Di tahun ini, penambahan terbesar di akhir tahun berasal dari Blok Mahakam (Total E&P Indonesie) di Kalimantan Timur yang berakhir kontraknya tahun ini sekitar US$900 juta dan Blok Muara Bakau (Eni Muara Bakau BV) di perairan Kalimantan Timur karena lapangannya sudah berproduksi.

“2017 kita punya bujet US$10,5 miliar akan menjadi US$10,7 miliar [proyeksi realisasinya],” katanya. []

Related posts