Bencana tsunami bukan kali pertama melanda Aceh

Banda Aceh (KANALACEH.COM) – Bencana tsunami hebat yang melanda Aceh 2004 lalu, ternyata bukan yang pertama kali terjadi di provinsi berjuluk Serambi Mekkah ini. Sekitar 100 tahun silam, Aceh juga pernah dilanda tsunami.

Hal itu dikatakan Ustad Faizal Adriansyah saat mengisi tausyiah dalam rangka memperingati 13 Tahun Tsunami Aceh, di Masjid Al Ikhlas, Kecamatan Leupung, Kabupaten Aceh Besar, Selasa (26/12).

Ia mengatakan, bahwa masyarakat Kabupaten Simeulue, Aceh sebelumnya juga sudah mengetahui bencana tsunami 2004 lewat adat mereka yaitu smong. Jadi, ketika air laut surut, mereka memilih lari ke atas bukit.

“Kata tsunami itukan diambil dari bahasa Jepang, padahal kita punya nama sendiri dari pulau Simeulue, yaitu namanya, smong,” ujarnya.

Ia menceritakan, smong, menjadi pelajaran hidup sendiri bagi masyarakat Simeulue. Masyarakat Simeulue, tidak ingin bencana dahsyat 1907 itu terulang kembali dan memakan korban jiwa.

Daerah Simeulue memiliki cerita tersendiri soal tsunami. Pada 1907, sekitar seabad lalu, tsunami pernah menghantam Simeulue. Korban jiwa cukup banyak. Rumah hancur, harta benda lenyap, dan banyak yang kehilangan sanak saudara.

Menurut sejumlah tokoh adat dan budaya masyarakat Simeulue, kata dia, peristiwa tsunami itu sudah mereka prediksi akan datang lagi ke daerah itu.

Melalui adat tutur, kearifan lokal dan cerita turun menurun membuat masyarakat Simeulue selalu siap siaga jika sewaktu-waktu smong (tsunami) datang.

Kesiapan itu terbukti ketika pada 26 Desember 2004, gempa dahsyat dan smong, menyapa pulau tersebut. Ribuan rumah penduduk hancur dan rata dengan tanah. Namun, korban jiwa hanya beberapa orang saja.

“Ini menandakan bahwa adat kita sudah mengenal lebih dulu apa itu tsunami,” ujar Faizal yang juga sebagai Kepala Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia (LAN RI) Aceh.

Disamping itu, Faisal menyebutkan, sebelumnya banyak juga orang yang tidak mengetahui apa itu tsunami. Sehingga ketika gempa disusul dengan air laut surut, banyak masyarakat memilih beramai-ramai pergi ke bibir pantai.

Kemudian kaget ketika air laut tiba-tiba kembali naik dengan kecepatan yang sangat tinggi. Untuk itu ia berharap agar masyarakat lebih meningkatkan pengetahuannya dalam menghadapi bencana.

Selain mempersiapkan diri dalam menghadapi bencana, Faisal juga mengajak masyarakat untuk mempersiapkan diri dengan keimanan dan semakin berikhtiar kepada Yang Maha Kuasa.

“Semoga bencana tsunami lalu, adalah bencana yang terakhir menyapa kita, ” katanya. [Randi]

Related posts