“Doto Tamong Sikula”: Transformasi Sehat Era Milenial

Isra Firmansyah. (ist)

USIA Sekolah merupakan masa meletakkan landasan kokoh terwujudnya manusia berkualitas, pembinaan karakter, dan berbagai stimulasi kependidikan yang akan berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan optimal anak.

Masa ini disebut sebagai era keemasan (the golden age period). Upaya menjaga kesehatan baik promotif maupun preventif harus diajarkan dan dinisiasi sejak dini. Hal ini akan dirasa lebih berbekas dalam memorinya hingga dewasa.

Program pendidikan kesehatan dipandang perlu diajarkan dan diketahui oleh pelajar. Dahulu kita mengenal beberapa program seperti usaha kesehatan sekolah (UKS), dokter cilik, palang merah remaja (PMR), P3K, reproduksi remaja dan lainnya.

UKS dilaksanakan secara terpadu melalui program pendidikan dan pelayanan kesehatan di sekolah. Dasar kebijaksanaan pelaksanaan Usaha Kesehatan Sekolah adalah Undang-Undang Nomor 4 tahun 1979 tentang Pembinaan Anak Sekolah. Kegiatan ini menjadi tupoksi program puskesmas dalam rangka mencapai derajat kesehatan anak secara maksimal, sekaligus meningkatkan prestasi belajar anak–anak di sekolah.

Seiring berjalannya waktu dan perubahan zaman, kini kita dihadapkan pada transformasi perilaku pelajar dan disrupsi bidang kesehatan. Kegiatan UKS dan program sejenisnya, kini menjadi terkesan kaku, statis dan agak membosankan dikalangan siswa yang notabenenya komunitas mileneal. Sehingga dianggap perlu inovasi dan inspirasi baru mengubah konsep ini menjadi lebih tertata menyahuti perkembangan zaman.

Ikatan Dokter Indonesia (IDI) cabang Banda Aceh mencoba merancang format baru, agar konsep UKS ini menjadi smart, dan kekinian. Program ini diberi nama sesuai literasi keacehan yaitu “doto tamong u sikula” disingkat (DTuS). Tentu saja, inisiasi ini belum ada di Indonesia, dan bila sukses artinya IDI Banda Aceh lah yang akan menjadi “rule of model” transformasi usaha kesehatan sekolah pertama di Indonesia.

Format DTuS ini terdiri atas klasifikasi pelajar berdasarkan kelompok usia SD,SMP dan SMA. Pada tingkat SD akan disajikan materi cita-citaku, hand hygine, penyuluhan gizi sehat sempurna. Di tahapan SMP menitikberatkan pada kesehatan reproduksi dan upaya pertolongan pertama pada kasus darurat.

Sedangkan pada pelajar tingkat atas lebih menekankan pemahaman bahaya NAPZA, bantuan hidup dasar (BHD) dan pengenalan alat pemadam api ringan (APAR). Selain itu, IDI Banda Aceh akan secara simultan memprogramkan juga doto tamong dayah.

Hal ini untuk memperbaiki pengaturan gizi nutrisi siswa yang tinggal ber asrama (boarding school), dan kesehatan lingkungan dayah .Dalam rangakaian serupa akan dilakukan berkala pemeriksaan kesehatan pribadi organ tubuh (mata, telinga hidung tenggorokan serta scaling gigi) di sekolah / dayah.

Anak usia sekolah merupakan kelompok umur rentan terhadap masalah kesehatan. Upaya penanaman konsep kebiasaan hidup sehat lebih terpatri pada mereka. Keadaan kesehatan anak akan sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar yang dicapai. Pengalaman membuktikan bahwa, penanaman pemahaman pendidikan kesehatan melalui anak di sekolah sangat efektif untuk merubah kebiasaan orangtua dan anggota keluarga lainnya berperilaku hidup sehat dirumah.

Bila program ini berhasil dijalankan, banyak manfaat praktis yang bisa diperoleh oleh siswa, diantaranya : mengenal sedini mungkin prinsip dasar kesehatan, menjadikan lingkungan sekolah bernuansa safe community, dan tentu saja yang tidak kalah pentingnya ikut membantu program pemerintah dalam upaya gerakan masyarakat hidup sehat (GERMAS) serta pembangunan kesehatan semesta.

Dalam pelaksanaannya, perlu koordinasi IDI dengan organisasi profesi, perhimpunan dokter spesialis, berbagai stakeholder pemerintah, dalam hal ini dinas kesehatan beserta puskesmas dikawasan wilayah tugasnya, dinas pendidikan, badan dayah dan pihak sekolah terkait. Sesuai amanah undang-undang no.36 tahun 2009 tentang kesehatan pasal 17 ayat 1 bahwa pemerintah bertanggung jawab memberikan dan mempermudah akses kepada masyarakat terhadap informasi, edukasi dan fasilitas layanan kesehatan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya.

Sinergisitas harus dan wajib dilakukan untuk keberhasilan program ini. Sebagaimana lanjutan pada pasal 168 tentang upaya penyelenggaraan kesehatan dilakukan melalui sisitim informasi dan kerjasama lintas sektoral. Hasil yang diharapkan yaitu para pelajar akan menjadi duta kesehatan baik untuk dirinya, sekolah, keluarga dan masyarakat.

*Oleh: Dr.Isra Firmansyah,Sp.A,Ph.D

Penulis Merupakan Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) CAbang Kota Banda Aceh

Related posts