Bukan Barus, Peneliti Ungkap Aceh Sebagai Pusat Peradaban Islam Terawal

Ekskavasi di Lamuri, peneliti temukan artefak berusia 700 tahun lalu
Dokumentasi - Mahasiswa Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unsyiah memperlihatkan pecahan keramik yang ditemukan di situs Kerajaan Islam Lamuri, Desa Lamreh, Kecamatan Masjid Raya Kabupaten Aceh Besar. (Kanal Aceh/Fahzian Aldevan)

Banda Aceh (KANALACEH.COM) – Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah, Azyumardi Azra menyebutkan, Aceh sebagai wialayah yang jadi pusat peradaban Islam tertua di Asia Tenggara, hal itu, kata dia dapat dibuktikan secara akademis.

Bahkan banyak bukti sejarah dapat dibuktikan seperti adanya kesultanan Aceh, naskah kono, benda-benda peninggalan sejarah dan lahirnya ulama-ulama besar dari Aceh.

“Barus titik nol pusat beradaban Islam adalah peryataan politis, bukan peryataan secara akademik. Seperti yang saya katakan, sejarah itu ditulis atau diteliti untuk beberapa kepentingan, salah satunya kepentingan politis. Secara akademis, peryataan Barus adalah titik nol belum bisa dibuktikan,” katanya dalam seminar nasional yang mengangkat tema, Aceh pusat peradaban Islam terawal di Asia Tenggara di Gedung Pascasarjana UIN Ar-Raniry, Banda Aceh, Senin (17/2).

Menurut Azyumardi Azra, penyebaran Islam di Aceh telah berlangsung sejak abad ke 12 oleh ulama-ulama sufi. Sehingga budaya Islam dalam masyarakat Aceh telah tertanam dalam budaya lokal masyarakat. Selain itu, Aceh juga menjadi pusat penyebaran Islam karena posisinya yang stategis dalam bidang perdagangan dan maritim.

“Pada abad ke 16 Aceh telah berhubungan dengan masyarakat Islam secara global seperti  Mekah dan Madinah,” sebutnya.

Arkeolog independen dan peneliti situs-situs sejarah di Sumatera E.Edwards McKinnon menjelaskan, kawasan Fansur dan Lamuri merupakan sebagai kota tua Islam yang berada di Kabupaten Aceh Besar yang telah hilang.

Negeri Fansur merupakan suatu pelabuhan purba yang menonjol dan termasyur. Namanya muncul dalam teks kuno Cina, Arab, Melayu, India, Armenia, Portugis dan Belanda. Namun, lanjutnya, pada abad ke-14 nama Negeri Fansur menghilang karena gempa dan tsunami.

“Hasil penelitian kami, lokasi Fansur berada di Lhok Pancu atau Lhok Lambaroneujib beberapa kilometer sebelah barat Kota Banda Aceh. Lokasi ini sesuai dengan tulisan Arab dari abad ke-9, di mana mereka menyebutkan Fansur dan Lamuri berdekatan,” terangnya.

Pada umumnya para peneliti beranggapan bahwa Fansur sebagai pelabuhan purba yang ramai telah menghilang pada abad ke-14 atau ke -15.

“Sekarang kita tahu ada dua tsunami purba tahun 1390 dan 1450 yang telah menghantam pantai Aceh Besar,” paparnya.

Selain itu, ada beberapa situs pubakala masa menengah yaitu antara abad ke 11 dan ke-16 sepanjang pantai di antara Ujong Pancu dan Krueng Raya, Aceh Besar. Sebagian situs tersebut telah diterkikis ombak air laut, termasuk Negeri Fansur dan beberapa permukiman purba dan pertahanan masa kesultanan yang terletak di pantai Aceh Besar. [Randi/rel]

Related posts