Kapal Kargo Cina Belum Diizinkan Berlabuh di Aceh, ABK Terkatung-Katung

Ilustrasi, kapal cargo. (foto: merdeka.com)

Aceh Barat (KANALACEH.COM) – Kapal kargo asal Cina pengangkut material bangunan untuk pembangkit listrik di Aceh belum diizinkan berlabuh karena terhalang beberapa masalah.

Salah satunya kekhawatiran sejumlah pihak mengenai virus Corona Covid-19 yang ditakutkan telah dibawa oleh anak buah kapal (ABK). Kapal MV New Lucky II berangkat dari Mawei, Fujian, membawa ribuan pipa semen tiang pancang untuk pembangunan PLTU 3-4 di Nagan Raya.

Kapal tersebut tiba di kawasan laut Calang, Aceh Jaya pada 30 Maret, dan rencananya akan melakukan bongkar muat. Pemerintah daerah tak memberi rekomendasi, lantas, kapal pun terkatung-katung belasan hari tanpa tujuan. Akhirnya, kapal pembawa 18 WNA memutuskan memutar haluan ke perairan Meulaboh, Aceh Barat, pada Minggu (19/04).

Namun, kapal tersebut juga tak diizinkan bersandar di pelabuhan setempat untuk melakukan pembongkaran, dan kini berada sekitar tujuh mil dari daratan Kecamatan Johan Pahlawan.

“Ini lagi proses, belum ada persetujuan semua pihak, karena soal kapal ini banyak stakeholder yang harus dihubungi, ada beberapa pihak termasuk imigrasi, bea cukai, ada beberapa pihak yang harus sinkron. Ini lagi pengurusan apakah dapat persetujuan dibongkar atau tidak,” terang Kepala Dinas Perhubungan Aceh Barat, Tarfin, Kamis sore (30/4).

Tarfin tidak menampik jika terdapat reaksi yang beragam selama keberadaan kapal asing itu mencuat ke publik. Ini semua karena kapal tersebut berasal dari Cina, negara awal di mana virus berkode SARS-CoV-2 pertama kali muncul.

“Memang kita berupaya memutus mata rantai penyebaran Covid-19, namun, kalau melihat mereka masuk perairan Calang 30 Maret, sekarang 30 April, berarti masa inkubasi sudah selesai, kalau ada terjangkit, orang itu, sudah mati semua mereka, tapi, kita harus waspada semua, kan,” ujar Tarfin.

Kondisi ternyata jauh lebih rumit dari yang diperkirakan karena para kru telah terkatung-katung di di laut selama sebulan.

Manajemen perusahaan di Cina diduga telah mengirim surat permintaan bantuan kepada duta besar negara itu, yang salinannya didapat Liputan6.com pada 24 April, menyebutkan para ABK telah kekurangan stok makanan serta air segar selama di laut.

Di samping muncul pula rasa cemas atas kondisi fisik dan mental para kru. Salah satu lembaga nonpemerintah di Aceh pun meminta pemerintah lokal agar mau mengambil langkah yang lebih manusiawi. [Sumber: liputan6]

Related posts