Gagal Paham Platform Sosial Media

Ilustrasi.

Instagram itu tempatnya narsis. Twitter cocok untuk debat terbuka serta kampanye skala nasional dan global. Dan facebook ibarat “Thanos”, platform ini adalah pelopor, merangkum semua medium dan punya skema algoritma yang paling unik.

To the point saja, ada yang heran gak dengan strategi komunikasi Jubir Plt dan seperangkat alat pensusnya yang berpindah platform sosmed ke twitter?

Saya menyimpulkan secara subjektif bahwa tujuannya agar program kerja Plt tersampaikan sampai ke pengurus DPP Partai Demokrat. Menebak-nebak untuk apa, sembarang saja saya duga sebagai laporan kerja sekaligus bagian dari upaya tiket pilgub kedepan.

Tapi saya simak dan rasa-rasa ada yang aneh. Apa seluruh tim komunikasi Plt ini tidak membaca data? bahwa pengguna sosial media di Aceh hampir menembus 1,5 juta di seluruh platform. Dan facebook menjadi terfavorit dengan angka 1 juta pengguna se-Aceh.

Kalau program kerja Plt mau tersampaikan ke grassroot solusinya ya  bertarung serangan udara di facebook. Bukan lari ke twitter. Tertangkap kesan bahwa tim komunikasi Plt gak siap bertarung di platform facebook yang “kejam”, disukai seluruh lapisan, dengan “antene pemahaman” yang paling beragam.

Twitter itu elite. Satu kolom twit dibatasi 140 karakter. Engga seperti facebook dimana kita bisa nulis panjang, banyak model dan macam-macam. Simpulan, hanya orang pintar yang mampu main twitter. Makanya twitter jadi arena perang buzzer untuk isu nasional dan global.

Disini saja, tim komunikasi Plt sudah “kabur” dari medan tempur dimana publik di Aceh yang mayoritas pakai facebook adalah subjek utama yang harus diberi pemahaman politik, disentuk, kritiknya didengar, dst.

Kebutuhan “pencerahan publik” dijawab tim komunikasi Plt dengan “belanja” sebanyak mungkin media plat merah. Ini jelas tujuannya proyek. Nominal angka “belanja media” yang ditempatkan di Humas juga ternyata “gak match”. Receh. Konsultan komunikasi Plt jelas tujuannya hanya untuk proyek tanpa serius mengurus sejumlah agenda strategis kehumasan.

Ibarat main bola, penonton menanti di Stadion Camp Nou, tapi “pemain” malah ngacir main di lapangan Tunas Inti. Itupun bagi-bagi bola dan passing ke teman sendiri. Alahmak!!!!

Coba amati, cuitan Jubir kalau gak di retwit sama pensus, PNS Setda, kader PD, ya udah pasti sama akun dinas. Kalau ada isu, nanti gandengan sama buzzer Partai Demokrat.

Ini ibarat gambaran kartun sarkas yang saya comot dari twitter @thepopoh sebagai ilustrasi tulisan ini. Colok kelamin ke lubang pantat sendiri. Kalau sampai orgasme. Sungguh Plt memang sedang “dikerjai”!

Sudah main di twitter, kalau nanti kalah debat dan dapat kritik ehh langsung main blokir. Maka jangan heran, dari sederet jejak digital, para Jubir kalau gak blunder ya, kerja seperti pemadam kebakaran. Ada masalah baru siram.

Nah, sekarang berani gak para Jubir dan pensus itu kembali masuk gelanggang facebook?

Kalau perlu contoh, liat aja Irwan Djohan. Karena sudah paham, dirinya dari era kampanye pilkada Walikota Banda Aceh 2011 sampai sekarang konsisten eksis di facebook. Malah dulu sempat dijuluki wali kota facebook.

Sengaja saya gak ulas lagi biar ada sedikit perdebatan. Waktu dan tempat dipersilahkan.

*Penulis: Fauzan Febriansyah*

Related posts