Desainer Busana Muslim Lokal Aceh Diharap Mampu Bersaing di Pasar Nasional

Banda Aceh (KANALACEH.COM) – Kembali gencarkan promosi fasyen Aceh pasca pandemi. Ketua Dewan Kerajinan Daerah (Dekranasda) Aceh, Dyah Erti Idawati, harapkan pergelaran peragaan show “Afternoon Tea Fashion” dapat memantik semangat para desainer busana muslim di Aceh, agar lebih bergairah dalam berkarya dan berkreasi, sehingga mampu mendorong perkembangan industri fesyen di Bumi Serambi Mekkah.

“Mudah-mudahan karya-karya para Designer muda Aceh bisa terus berkiprah, tentunya dengan penggunaan motif khas etnik Aceh dan mengikuti trend. Sehingga semakin digemari serta dikenal luas,” kata Dyah dalam sambutannya pada perhelatan fesyen lokal ‘Afternoon Tea Fashion’, di Meuligoe Gubernur Aceh, Minggu (27/3).

Selain itu, pada sambutannya, Dyah menekankan kepada penyuka fesyen di Aceh untuk bisa lebih mencintai produk lokal, dengan membeli dan menggunakan produk pakaian hasil karya setempat. Di mana kualitas dan keunikannya terjamin dan tidak kalah menarik dengan produk fesyen lainnya.

“Saya ingin kita semua bangga dengan kain etnik dan produk lokal. Saya harapkan yang berhadir di sini bangga menggunakan produk lokal dan menggunakan pakaian designer lokal. Kalau ada yang bagus dari kita kenapa harus dari luar,” ujar Dyah.

Karena itu, melalui kegiatan ini, harap Dyah, akan memberikan daya ungkit serta membangkitkan kembali gairah industri fesyen Aceh yang sempat lesu akibat pandemi Covid-19 yang membelenggu selama 2 tahun, sehingga bisa kembali maju, berkembang dan lebih dikenal hingga kancah nasional dan internasional.

Selain itu, Kepala Bank Indonesia (BI) Perwakilan Aceh, Achris Sarwani, mengaku sangat bersyukur dan bangga atas terlaksananya acara peragaan busana ini, dimana acara tersebut merupakan hasil kerja kolaborasi BI, Dekranasda Aceh dan semua pelaku fesyen di Aceh.

Ia berharap, acara fashion show ini, bisa menjadi event signature, yang akan dinantikan oleh seluruh penikmat dan pelaku fesyen di Aceh. Dengan begitu secara langsung melalui hal itu telah ikut berkontribusi dalam melestarikan karya budaya melalui karya fesyen.

“Dengan kita memakai karya lokal maka kita akan mencintai, dan itu akan membantu mempromosikan produk lokal. Harapan kita nantinya, (melalui fesyen) motif khas Aceh bisa dikenalkan ke masyarakat nasional maupun internasional,” ujarnya

Dengan semakin dikenalnya motif etnik Aceh, kata Achris, selain menjadi sebuah kebanggaan, hal itu juga akan memberikan daya ungkit, serta peluang besar pada perkembangan ekonomi fesyen Aceh. “Harapannya ini bisa menjadi salah satu sumber ekonomi bagi Aceh,” pungkasnya.

Sementara itu, Ketua Indonesia Fashion Chamber (IFC) Aceh, Khairul Fajri Yahya, mengatakan acara ini merupakan bentuk rasa syukur insan pelaku fesyen Aceh yang berhasil bertahan dari terjangan pandemi, di mana pandemi telah meluluh lantakan semua sektor ekonomi termasuk industri fesyen.

Hal itulah yang melatar belakangi pemilihan tema “Fashion Survival”. “Alhamdulillah pelaku fesyen Aceh masih bertahan dan semangat mempersembahkan karya khas Aceh hingga ke pentas nasional. Harapannya, dengan kolaborasi kuat dari pemerintah dan pelaku industri fesyen ini akan mampu memberikan dampak baik bagi pertumbuhan ekonomi melalui fesyen,” harapnya.

Related posts