Wisatawan Keluhkan Pelayanan Transportasi di Sabang: Bukan Soal Uang, Tapi Kejujuran

Penumpang memadati pelabuhan Balohan Sabang, Kamis (21/6). (Kanal Aceh/DA)

Sabang (KANALACEH.COM) – Seorang wisatawan domestik, Anjas Asmara mengeluhkan sistem pelayanan saat menyewa transportasi di Sabang yang dia nilai bisa merusak citra keindahan di Pulau Weh tersebut.

Peristiwa itu bermula saat Anjas Asmara tiba di Sabang dan langsung naik kendaraan untuk perjalanan ke hotel tempat dia menginap. Saat itu, kata dia, sopir memberi harga Rp 230 ribu hanya untuk mengantar ke hotel dengan durasi waktu perjalanan 45 menit.

Hanya saja, saat diperjalanan sopir tersebut mengatakan bahwa Anjas harus berjalan kaki untuk sampai ke hotel karena akses menuju hotel dari jalan utama mangalami kerusakan.

Namun, sesampainya di jalan yang disebutkan oleh sopir, Anjas kaget karena tidak ada kerusakan jalan dan hanya jalan dipenuhi kerikil.

“Untuk antar saja, Rp 230 ribu dari pelabuhan ke hotel dalam perjalanan sekitar 45 menit. Sopir bilang tidak bisa sampai tujuan karena ada kerusakan jalan,“Ternyata batu-batu krikil doang, tapi ya sudahlah,” kata Anjas dalam video yang diunggahnya di facebooknya dengan nama akun @Anjas Asmara.

Tak sampai di situ saja. Setiba di tempat penginapan, Anjas menyewa kendaraan sepeda motor satu hari mulai pada Pukul 16:00 WIB untuk berkeliling di Sabang. Namun, keesokan harinya pada pukul 09:00 WIB, pemilik kendaraan justru menagih uang perpanjangan sewa kendaraan itu.

Padahal, kata dia, penyewaan tersebut belum sampai 24 jam dia gunakan sebagaimana sewa-menyewa kendaraan. Akibat hal itu, Anjas merasa kecewa dengan pelayanan seperti itu.

“Kan belum 24 jam, ini bukan masalah uangnya, saya tanya ke penjaga penginapan dia bilang emang seperti itu. Saya bingung, sekali lagi ini bukan masalah uang. Uang tidak seberapa. Apakah nyewa kendaraan itu sama dengan sewa hotel? kan beda,” ujarnya.

Jika 24 jam, lanjut dia, harusnya dia mengembalikan sepeda motor itu pada Pukul 16:00 WIB seperti waktu dia meminjam pertama kali dan hitungannya tetap satu hari. Sebab di berbagai daerah khususnya daerah wisata, lanjut dia, sewa kendaraan itu pasti hitungannya 24 jam.

“Bukan ganti hari langsung habis. Setau saya di berbagai tempat wisata manapun hitungannya tetap jam kalau ingin sewa kendaraan,” katanya.

Mendapat perlakuan seperti itu, Anjas langsung mengurungkan niatnya untuk berada di Sabang selama lima malam. Ia pun saat itu juga langsung bergegas untuk meninggalkan Sabang.

“Rencana saya mau lama di sini, tapi melihat orang-orangnya begitu yasudah lah. Aku percepat saja,” ucapnya.

Sehingga dari peristiwa itu, kata dia kemungkinan membuat wisatawan mengurungkan niatnya untuk berkunjung ke sekian kalinya ke Sabang.

Ia berharap, Pemerintah Sabang maupun Aceh bisa membereskan hal demikian untuk kemajuan wisata di Aceh. Bukan tidak mungkin, kata dia, banyak wisatawan yang juga mengalami hal yang sama dengan dirinya.

Related posts