Taman Safari Gurun Putih Lestari dan Ruang Edukasi

(Foto: Munawar)

Aceh Besar (KANALACEH.COM) – Bermula dari rasa sayangnya kepada binatang, Tgk Abdul Hafidh Al Fairusy Al Baghdadi atau akrab disapa Cut Fit, rela merogoh kocek hingga miliaran rupiah membangun satu pusat taman safari di Gampong Cucum, Jantho, Aceh Besar.

Taman safari itu diberi nama Gurun Putih Lestari (GPL). Di taman safari ini, Cut Fit mengoleksi ratusan spesies burung, mamalia, dan satwa langka.

Kebun binatang yang memiliki luas 60 hektar itu juga dikemas dengan balutan taman bunga yang indah. Ragam bunga dari berbagai daerah di Indonesia tumbuh subur di sana.

Tak bisa dipungkiri, saat ini taman safari GPL adalah satu-satunya taman margasatwa terbesar dan bertaraf internasional di Aceh.

“Rasa sayang beliau kepada binatang yang membuat tempat ini ada. Itu muncul sejak beliau kecil,” kata manajer safari GPL, Munawar, akhir November 2023 lalu.

Resmi dibuka untuk umum pada 2019 silam, taman safari GPL cepat menyita perhatian publik. Lokasi itu langsung menjadi ikon wisata baru di Aceh. Cukup membayar Rp30 ribu sebagai biaya tiket masuk, masyarakat dapat menyaksikan langsung koleksi berbagai macam satwa di taman safari tersebut.

Dari pusat kota Jantho, untuk menjangkau taman safari ini cuma butuh waktu sekitar 15 menit. Sepanjang perjalanan ke sana di kiri-kanan banyak terdapat kebun warga. Jalannya mulus beraspal dengan kontur perbukitan.

Di kawasan taman safari GPL ini berdiri terbentang Bukit Barisan yang mengeluarkan hawa sejuk khas pegunungan. Suasana asri di sekeliling taman yang banyak ditanami pohon ini, semakin membuat pengunjung betah berlama-lama di sana.

Pengelola juga mendirikan kafe dengan ragam makanan dan pondok-pondok kecil sebagai tempat bersantai pengunjung.

Menurut Munawar, kebun binatang tersebut mengoleksi satwa yang berasal dari dalam dan luar negeri, seperti; burung unta (Timur Tengah), burung rhea (Amerika Selatan), burung emu (Australia), dan kasuari (Papua).

Ada juga burung merak, rusa, kambing batu, domba merino, berang-berang, monyet dan satwa lainya. “Tujuan dari membangun kebun binatang ini untuk melestarikan dan menyelamatkan satwa langka dari kepunahan,” ujarnya.

Terbaru, tutur Munawar koleksi satwa yang didatangkan ke taman safari Gurun Putih Lestari cukup menyita waktu pihaknya dalam pengurusan. Sebab, saat itu pandemi Covid-19 sedang melanda dunia.

Burung merak di Taman Safari Gurun Putih Lestari. (Foto: Munawar)

Koleksi teranyar ini adalah empat ekor Singa Afrika, masing-masing sepasang. Jauh diterbangkan dari Cekoslowakia pada Oktober 2021 lalu, salah satu pasangan ‘raja hutan’ itu kini punya seekor anak yang lahir di taman safari GPL.

Pengunjung tak perlu khawatir soal keamanan saat melihat lebih dekat hewan-hewan di kebun binatang ini. Sebab semua hewan itu ditempatkan di dalam kandang besi.

Munawar menuturkan, sang empunya kebun binatang ingin apa yang telah dicetusnya ini bisa bermanfaat ke masyarakat, terutama untuk menambah pengetahuan tentang satwa.

Selain menjadi tujuan rekreasi masyarakat, taman safari GPL juga terbuka sebagai tempat riset bagi para akademisi ataupun mahasiswa di Aceh. Tapi tentu ada aturan yang harus dipenuhi dulu sebelum melakukan kegiatan akademik di sana.

Semangat keterbukaan taman safari ini menjadi objek ekowisata, sejalan dengan program Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh yang gencar mendukung destinasi wisata yang tak hanya memberi pengalaman unik kepada pelancong, melainkan juga bisa memberi nilai tambah berupa edukasi.

“Destinasi begitu hebat di Aceh ini dengan kekuatan alamnya yang mungkin tidak dimiliki daerah lain,” kata Kepala Disbudpar Aceh Almuniza Kamal.

Menurutnya, pengembangan ekowisata justru akan membuka peluang lain agar wisatawan lokal dan mancanegara datang ke Aceh. Namun tentu kedatangan wisatawan ini harus mematuhi tata nilai di destinasi ekowisata tersebut berada.

“Bagaimana kita mengemas produk ekowisata ini sehingga berdaya nilai jual tinggi, tentu ini perlu kolaborasi bersama,” pungkasnya.

Related posts