Estetika Kopi dan Enterpreuner Santri Dayah Babussalam Al-Aziziyah

Gerai Alehba Coffee di di depan komplek Dayah Babussalam Al-Aziziyah.

(KANALACEH.COM) – ‘Dalam secangkir kopi terdapat berjuta inspirasi’, begitu bunyi ungkapan bijak yang menggambarkan estetika seduhan minuman yang khas dengan rasa pahitnya.

Sejak lama, kopi telah menjadi minuman yang diminati bait itu sebagai penghangat diskusi, pelengkap tongkrongan maupun menu sarapan pagi di belahan dunia. Kopi telah menemani orang-orang tanpa mengenal profesi dan sekatan usia. Kaum tua maupun muda tersihir oleh kenikmatannya.

Aceh, sebagai salah satu daerah penghasil biji kopi berkualitas dikenal sebagai surganya para penikmat kopi. Nyaris di setiap sudut wilayah berjejer warung kopi dalam beragam jenis dengan cita rasa berbeda-beda. Mulai dari jenis espresso yang diolah secara modern, hingga kupi sareng yang diseduh dengan cara klasik.

“Keureuleng nggang keu abeuk, keureuleng canggung keu paya” (kerlingan bangau tertuju pada rawa-rawa, kerlingan kodok tertuju pada genangan air). Kiasan ini tepat disematkan kepada Teungku Razali, seorang santri Dayah Babussalam Al-Aziziyah Jeunieb, Kabupaten Bireuen, Aceh. Baginya, fenomena candu kopi bukan sekedar dipandang sebagai fenomena sosial biasa. Tetapi ini adalah peluang bisnis yang menjanjikan.

Sebagai putra yang dibesarkan di daerah penghasil kopi, ia tidak asing dengan biji dan minuman yang katanya minuman para sufi ini. Tentu saja wawasan dasar ini menjadi modal yang membuatnya semakin optimistis berwirausaha berbasis kopi sejak pertama kali merintis pada 2020.

Teungku Razali mengatakan hingga saat ini sudah dua usaha bisnis kopi yang sudah digelutinya. Pertama menjadi produsen sekaligus supplier biji kopi Gayo siap olah dengan brand Goga Proccessing dan Gerai kopi yang diberi nama Alehba Coffee.

Goga merupakan brand produk biji kopi gayo yang diolah sedemikian rupa untuk menghasilkan cita rasa kopi terbaik. Setelah melewati proses pengolahan secara sempurna, produk ini kemudian dipasarkan untuk warung-warung kopi sebagai bahan baku pembuatan kopi.

Gerai Alehba Coffee.

Goga adalah singkatan dari Golden Gayo yang secara implisit menjelaskan bahwa produk yang ditawarkan adalah biji kopi berkualitas tinggi yang berasal dari daerah Gayo, sesuai namanya, produk ini dari hulu ke hilir diupayakan agar menghasilkan kualitas yang tinggi.

“Kopi Gayo berkualitas tinggi ditanam di ketinggian 1.300-1.600 mppl. Dan Goga sendiri merupakan biji kopi Gayo pilihan,” kata Razali, Rabu, 27 Juli 2024.

Menurutnya, selain biji, salah satu proses yang menentukan adalah roasting untuk menghasilkan aroma dan rasa yang khas. “Aroma, kadar rasa manis dan asam kopi ditentukan pada proses roasting,” katanya.

Goga Processing ini memproduksi tiga jenis kopi. Origin Arabica, Origin Robusta dan House blend. House Blend ialah jenis kopi perpaduan antara 70 persen Arabica dan 30 persen Robusta. Menurutnya, dari tiga jenis kopi ini, House Blend paling laku di pasaran. Sebab jenis ini adalah penghasil kopi espresso yang paling diminati masyarakat Aceh sejauh ini.

Hingga saat ini, produk olahan Teungku Dayah ini telah memasarkan produknya ke daerah Bireuen, Pidie Jaya, Banda Aceh, Lhokseumawe dan Langsa. Soal harga mulai dari Rp 8.000 hingga Rp 18.000 per gram dengan omset rata-rata perbulan Rp 40 juta sampai Rp 60 juta dengan keuntungan bersih rata-rata hingga 20 persen.

Di samping sebagai produsen dan supplier bahan baku yang menyasar warung kopi, Tgk Razali juga menyasar para penikmat kopi dengan membuka gerai kopi. Usaha gerai kopi ini diberi nama Alehba Coffee. Gerai ini berlokasi di depan komplek Dayah Babussalam Al-Aziziyah, tepatnya di pinggir jalan Banda Aceh – Medan, Kec. Jeunieb, Kab. Bireuen, Aceh.

Gerai kopi minimalis bernuansa kecoklatan dengan konsep terbuka ini dimaksudkan selain sebagai penyedia kopi khas berbahan baku Goga, juga menjadi outlet sekaligus ‘dapur’ standar peracikan produk Goga miliknya agar menghasilkan cita rasa kopi yang nikmat.

Sehingga, dalam memasarkan produk biji kopi Goganya, ia menyediakan outlet resmi yang sekaligus menjadi ‘laboratorium’ bagi konsumen bubuk kopi Goga dalam menghasilkan cita rasa kopi yang memanjakan penikmatnya.

Sebagai gerai penyedia kopi, Alehba Coffee menyasar masyarakat sekitar, pelintas di jalan Nasional dan tentu saja para santri, ustadz dan wali santri Dayah Babussalam Al-Aziziyah.

“Alhamdulillah, lumayan banyak sopir minibus dan truk yang sudah nyaman dengan kopi racikan kami, santri, ustadz dan wali santri yang berkunjung juga senang nongkrong sambil menikmati tegukan produk kami,” katanya.

Bagi para ustad dan santri Dayah Babussalam Al-Aziziyah, Alehba coffee menjadi wadah untuk mereka melepas penat ditengah jadwal belajar yang ketat, juga menjadi tempat untuk berdiskusi, mengkaji ilmu dan bersilaturrahmi.

Selain menawarkan kopi dengan cita rasa terbaik, Alehba Coffee juga menawarkan harga kopi yang bersaing. Alehba Coffee mematok harga Rp8.000 hingga Rp12 ribu. Harga ini terbilang ramah di kantong agar santri juga bisa menikmatinya.

Selain soal kopinya, brand Alehba sendiri juga memiliki filosofi tersendiri bagi Tgk Razali. Nama Alehba diambil dari dua huruf awal dalam aksara Hijaiyah, Alif dan Ba. Sebagaimana maklum, huruf Hijaiyah adalah cikal bakal ayat Alquran.

Dari nama ini ia berharap, gerai Alehba yang dibangunnya menjadi pijakan awal untuk membangun bisnis yang lebih luas serta hasil bisnisnya itu kemudian berkah dan menjadi modal baginya untuk membantu kawan-kawan di dayah yang membutuhkan sebagai amal akhirat.

“Alhamdulillah dari hasil usaha ini, sejak beberapa tahun terakhir setiap bulan suci Ramadhan kita menyediakan menu sahur dan berbuka puasa gratis untuk teman-teman ustadz di Dayah Babussalam Al-Aziziyah. Semoga kita bisa membantu lebih banyak orang ke depannya,” katanya.

Dari Modal Patungan

Dalam berwirausaha, pria berusia 27 tahun ini tergolong anak muda yang kreatif dan visioner. Sebab, sebagai orang yang cukup paham tentang kopi dan memiliki modal yang memadai untuk merintis bisnis kopi secara mandiri, ia memilih untuk tidak membangun bisnis ini seorang diri.

Sejak awal ia mengajak sahabatnya di dayah untuk secara bersama-sama mencari cuan. Sebagai ‘aktor utama’ dalam usaha ini, ia turut mengikutsertakan beberapa teman sesama ustadz di dayah Babussalam Al-Aziziyah untuk patungan memodali sekaligus belajar berwirausaha dalam usaha ini.

Sebagaimana sabda Rasulullah Saw:

سُئِلَ النَّبِيُّ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الْكَسْبِ أَطْيَبُ ؟ قَالَ عَمَلُ الرَّجُلِ بِيَدِهِ وَكُلُّ بَيْعٍ مَبْرُوْرٍ – رواه االبزار والحاكم

Artinya: “Nabi saw pernah ditanya; usaha apa yang paling baik? Rasulullah saw menjawab: pekerjaan (usaha) seseorang dengan tangannya dan jual beli yang baik.” (HR. Al Bazzar dan al-Hakim).

Ia berharap, Goga Proccessing tidak hanya diterima di pasar lokal, tetapi juga menjadi produk yang menguasai pasar Nasional hingga mancanegara dan untuk Gerai Alehba Coffee, ia berharap bisa melebarkan sayap bisnisnya di seluruh Aceh, terutama di daerah berbasis ustadz dan santri dayah.

Namun untuk mengembangkan usaha, selain merpersiapkan sumber daya manusia (SDM) yang handal, ia mengaku juga membutuhkan ketersediaan modal yang cukup. Bagi pelaku bisnis tentu saja ini adalah tantangan yang harus dihadapi. Dan akan mengutamakan teman dari kalangan Teungku Dayah. Menurutnya, teungku-teungku dayah perlu didorong untuk berwirausaha sebagai instrument untuk mandiri secara finansial.

Tetapi di sisi yang lain dukungan modal dan upaya menumbuhkan jiwa enterpreuner di kalangan Teungku Dayah menjadi tantangan tersendiri. Sebab selain kesulitan dalam soal modal awal, santri dayah juga minim wawasan dan pengalaman dalam bidang enterpreuner.

Di tengah kebuntuan tentang bagaimana secara cepat wirausaha dapat berkembang luas di kalangan dayah, angin segar berhebus. Pemerintah melalui gagasan Aneuk Muda Aceh Unggul Hebat (AMANAH) menginisiasi program unggulan yang berkonsentrasi menumbuhkan jiwa enterpreuneur di kalangan dayah.

Program yang diinisiasi untuk memberdayakan potensi-potensi anak muda khususnya santri dalam mengembangkan talenta dan kreativitas di berbagai bidang, seperti UMKM, pertanian, perikanan, seni budaya dan teknologi ini diberi nama Amanah dayahpreuneur.

Sejak disosialisasikan beberapa waktu lalu, program ini mendapat perhatian yang positif dari berbagai kalangan. Terutama kalangan santri dan dayah. Sebab kehadiran AMANAH dengan program unggulannya, dayahpreuneur dapat mengiringi langkah santri untuk berwirausaha.

Program unggulan Amanah dayahpreneur dipandang menjadi pijakan bagi para santri dan kalangan dayah dalam mengembangkan usaha, bakat, dan talenta melalui berbagai program pelatihan, pembinaan, dan inovasi produk agar dapat membangun dan mengembangkan usaha yang sukses di masa yang akan datang.

Penulis 
Wilda Shaleha merupakan peserta lomba Jurnalistik AMANAH dari Dayah Babussalam Al Aziziyah

Related posts