(KANALACEH.COM) – Ketika perang Iran dan Israel meletus, ternyata ada sosok yang diam-diam muncul dalam pemberitaan.
Dialah Reza Pahlavi putra mendiang Mohammad Reza Shah dan Permaisuri Farah Pahlavi, raja Iran yang tersingkir lewat revolusi Islam pada 1979.
Reza Pahlavi terang-terangan mendukung Israel menyerang Iran untuk menumbangkan kepemimpinan Ayatollah Ali Khamenei. Ia dan keluarganya merupakan salah satu musuh Ali Khamenei saat ini.
Dinasti Pahlavi berkuasa pada 1925-1979. Namun, Reza tampil sebagai sosok yang mendukung serangan Israel ke tanah leluhurnya itu bersama Amerika Serikat. Dia pun secara blak-blakan meminta agar terjadi penggulingan rezim di Iran.
“Jika Khamenei turun, ia akan mendapat pengadilan yang adil, sesuatu yang tak pernah ia berikan kepada rakyat Iran,” kata Pahlavi yang menyatakan kesediaannya untuk kembali ke Iran dan menjadi penguasa kembali meneruskan ayahnya. Saat ini Pahlavi tinggal di Amerika Serikat bersama isteri dan anak-anaknya.
Pahlavi membenci rezim Iran saat ini. Sebab, keluarganya kehilangan takhta pada 1979, saat Pahlavi berusia 17 tahun. Lewat situs pribadinya, rezapahlavi.org, dia menjelaskan tentang diri dan keluarganya. Pada usia yang masih remaja tahun 1978, dia sudah mengikuti pelatihan jet tempur di Angkatan Udara Amerika Serikat di Pangkalan Angkatan Udara Reese di Lubbock, Texas.
Revolusi Iran menyebabkan keluarga kerajaan kabur dari negara itu pada Januari 1979.
“Kaum Islamis mendirikan rezim teokratis, yang mencegah Reza Pahlavi kembali ke tanah airnya,” begitu tulisnya.
Di pengasingan ia menikah dengan Yasmine Etemad-Amini pada 12 Juni 1986. Mereka memiliki tiga orang putri: Noor Pahlavi (lahir 3 April 1992), Iman Pahlavi (lahir 12 September 1993), dan Farah Pahlavi (lahir 17 Januari 2004).
Reza Pahlavi sangat meyakini hak-hak yang sama antara pria dan wanita dan, oleh karena itu, telah menyatakan bahwa putri-putrinya, Noor, Iman, dan Farah, secara berurutan adalah ahli warisnya.
Yasmine saat ini merupakan pendukung vokal gerakan demokrasi di Iran, tampil di berbagai rapat umum, acara, dan panel pro-demokrasi di banyak kota selama bertahun-tahun.
Keluarga Pahlavi juga saling bahu-membahu bersama keempat saudara kandung Reza Pahlavi termasuk saudara tirinya, Shahnaz Pahlavi, saudara perempuannya Farahnaz Pahlavi, saudara laki-lakinya Ali-Reza Pahlavi, dan saudara perempuannya Leila Pahlavi yang sudah meninggal pada 10 Juni 2001.
Pahlavi dan keluarga secara terang-terangan tampil sebagai pendukung setia Israel. Dalam konferensi pers selama perang Iran-Israel yang dibantu Amerika, dia selalu menyatakan dukungannya terhadap semua serangan ke Iran.
Baginya, serangan itu dianggapnya untuk menghancurkan rezim penindas dan menegakkan demokrasi. Dia juga tak sungkan datang ke Israel dan bertemu Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
Dalam kasus serangan Israel ke Gaza yang memakan banyak korban, dia juga dia tak pernah merasa prihatin dengan penderitaan warga Gaza.
Sebaliknya, pria 64 tahun malah memuji Israel dan kerap mengecam kelompok bersenjata Hamas yang dianggap menjadi pemicu adanya peperangan tersebut.
Memang selama berada di bawah kekuasaan ayahnya, Iran adalah sahabat dekat Israel. Mereka saling berbagi soal pengairan, pertanian dan intelijen.
Namun yang dilupakan Reza Pahlavi selama sang ayah berkuasa, rakyat Iran terutama kaum miskin justru ditindas dan disingkirkan atas nama modernisasi.
Seperti dikutip dari situs Iraniantours, Pahlavi memulai serangkaian rencana yang lebih ambisius dan lebih berani untuk kemajuan negaranya dan langkah menuju “Revolusi Putih”.
Revolusi putih bertujuan meningkatkan pembangunan dan ekonomi Iran, namun justru meminggirkan masyarakat bawah. [CNN]