Pipa Transmisi Arun – Belawan Segera Beroperasi

Maret 2011 lalu, Pesiden Republik Indonesia, Ir Joko Widodo (Jokowi) telah meresmikan kehadiran terminal penerima dan regasifikasi LNG  Arun, yang sebelumnya dikenal sebagai pusat industri gas PT Arun. Sebagai terminal penyalur, gas yang ada kilang Arun itu akan dipasok untuk kebutuhan industri yang ada di Aceh dan Sumatera Utara.

Gubernur Aceh, dr H Zaini Abdullah mengatakan, kilang Arun akan diproyeksikan untuk penyimpanan LNG hingga 12 juta ton per tahun dan menyalurkannya kepada industri dan pembangkit listrik di Aceh dan Sumut hingga 385 juta kaki kubik per hari.

Penyaluran gas itu, jelas Gubernur, dilakukan melalui pipa transmisi yang telah dibangun sepanjang kawasan Arun hingga Belawan. Untuk operasional, sepenuhnya ditangani PT Pertamina Gas, sebagai induk usaha Perta Arun Gas.

“Pembangunan pipa transmisi sudah selesai dan uji coba penyaluran sudah dilakukan awal tahun lalu. Diharapkan dalam waktu dekat ini penyaluran akan berjalan normal dengan kapasitas yang sesuai dengan perencanaan awal,” kata Gubernur, dalam sambutannya yang disampaikan Kadistamben Aceh Said Ikhsan dalam ‘Sosialisasi Pemanfaatan Gas Bumi Melalui Pipa Ruas Transmisi Arun-Belawan di Hermes Palace Hotel, Banda Aceh, Selasa (15/9) siang.

Zaini Abdullah berharap, operasional ini dapat mendorong peningkatan kinerja industri dan percepatan pembangunan di Aceh dan Sumatera Utara. “Belajar dari pengalaman  daerah lain, seperti di Banten, Jawa Barat dan Jawa Timur, terbukti bahwa dengan kehadiran pipa gas di wilayah itu telah mendorong bangkitnya sektor industri dan investasi di berbagai bidang. Harapan kita, kondisi yang sama juga terjadi di Aceh dan Sumut, sehingga  pertumbuhan ekonomi di daerah kita bisa lebih meningkat,” terang Doto Zaini.

Sehubungan dengan operasional penyaluran gas bumi ini, Gubernur juga meminta BPH Migas sebagai pengelola, agar melakukan sosialisasi kepada para stakeholder terkait operasional dan sistem penyaluran tersebut.

Pacu Investasi

Zaini Abdullah mengatakan, selama tiga tahun dirinya bersama Wagub Muzakir Manaf memimpin, banyak sudah upaya yang dilakukan untuk membuka lapangan kerja baru, terutama melalui bidang investasi.

Sebagai bukti, menurut Gubernur, sejumlah perusahaan di Aceh yang terhenti kegiatannya akibat konflik dan tsunami, kini sudah kembali beroperasi dan meningkatkan kapasitas produksinya. Contohnya, sebut Zaini, PT Lafarge di Lhoknga Aceh Besar yang memproduksi semen. “Sebelum tsunami, perusahaan tersebut hanya memproduksi semen 1,2 sampia 1,5 juta ton per tahun. Tapi, setelah tsunami produksi di tingkatkan diatas 2 juta ton per tahun. PT Lafarge juga sudah mengekspor semennya ke berbagai negara ASEAN,” ungkap Gubernur yang akrab disapa Abu Doto ini.

Investasi di sektor perkebunan, lanjutnya, juga berkembang pesat. Di Aceh Jaya misalnya, PT Boswa yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit, sekarang sudah membangun pabrik minyak kelapa sawit (CPO). “Kami sudah berkunjung ke pabrik itu, banyak warga sekitar pabrik yang menjadi buruhnya. Petani di sana kini tak lagi kesulitan memasarkan hasil kebun sawitnya,” jelas Zaini.

Investasi baru yang masuk ke Aceh pada masa pemerintahannya, kata Gubernur lagi, tak hanya pada bidang perkebunan, tapi juga bidang pertambangan dan energi. Misalnya, PT Mifa, perusahaan tambang yang melakukan eksploitasi batubara sebagai bahan bakar untuk sumber energi pada PLTU Nagan Raya.

“Kita perlu menjaga semua investor yang sudah masuk ke Aceh dengan memberi rasa aman dan nyaman kepada mereka. Masyarakat Aceh sangat pro-investasi. Sebaliknya, perusahaan yang sudah menikmati rasa aman dan nyaman dalam menjalankan investasinya di Aceh, juga jangan lupa melaksanakan program community social responsibility (CRS) kepada masyarakat di sekitarnya,” tegas Gubernur Zaini.

Dampak positif dari penambahan invetasi, sambungnya, Aceh masuk dalam 10 besar daerah di Indonesia dengan pertambahan nilai investasi yang cukup baik. Realisasi investasi naik sangat tinggi, terutama untuk periode 2012-2014 yang mencapai Rp 12,6 triliun, sementara periode sebelumnya (2010-2011) hanya Rp 575,9 miliar. Untuk periode Januari-Juni 2015, tambahan nilai investasi Aceh sudah mencapai Rp 4,1 triliun.

Tambahan investasi itu, kata Gubernur, bersumber dari penanaman modal asing (PMA) Rp 512,2 miliar dan tambahan penanaman modal dalam negeri Rp 3,5 triliun (lihat grafik). Dampak dari penambahan investasi, jumlah tenaga kerja yang terserap ikut meningkat. Pada 2010 dan 2011, tenaga kerja yang tersrerap 10.771 orang dan 11.603 orang. Tahun 2012, tenaga kerja yang terserap di sektor investasi naik menjadi 23.716 orang. Tahun 2013 terserap 21.736 orang, tahun 2014 sebanyak 19.922 orang, dan tahun ini diharapkan bisa lebih banyak lagi dibanding tahun-tahun sebelumnya. [TA]

Related posts