Sambut Tol Laut, Malahayati Pun Berbenah

Banda Aceh – Sebuah Crane dengan ukuran besar hampir berdiri sempurna di Pelabuhan Malahayati, Krueng Raya Aceh Besar. Crane ini bisa dipindah sesuai dengan tempat pendaratan kapal. Harbour Mobile Crane (HMC) buatan Jerman dengan bobot 300 ton ini masih dalam proses rakitan untuk bisa digunakan pada November mendatang.

Pelabuhan Malahayati memang sedang berbenah. Kini tinggal sedikit lagi wajah Malahayati akan kembali segar dengan hadirnya kapal-kapal ukuran besar membawa peti kemas alias kontainer penuh barang untuk didistribusikan ke masyarakat.

GM PT Pelindo I Cabang Malahayati, Al Abrar mengatakan menyikapi  trend perdagangan internasional yang kini cenderung menggunakan peti kemas demi efisiensi, maka pelabuhan Malahayati pun akan mengaktifkan layanan peti kemas untuk mengangkut barang-barang kebutuhan masyarakat.

“Ada banyak keuntungan jika menggunakan layanan peti kemas, selain efisiensi waktu, pengusaha juga akan tidak terbebani dengan ongkos angkut yang mahal. Dampaknya kepada masyarakat juga akan positif dimana harga barang bisa lebih rendah dan daya beli masyarakat jadi meningkat,” ujar Abrar.

PT Pelindo I menargetkan pemasangan mobile crane akan tuntas pada akhir September 2015 nanti. PT Pelindo I selaku operator selanjutnya akan mengumumkan kepada berbagai perusahaan pelayaran barang di Indonesia dan luar negeri mengenai telah tersedianya fasilitas crane tersebut.

Menurut Al-Abrar, Pelindo sebagai BUMN terus berupaya meningkatkan pelayanan kepada pengguna jasa. Apalagi perusahaan negara ini bergerak di jasa kepelabuhan, maka semakin ke depan akan terus-menerus melakukan pengembangan dan improvement berkelanjutan baik fasilitas maupun peralatan.

Selama ini, sebut Al-Abrar mencontohkan, bahan kebutuhan pokok untuk daerah-daerah di Aceh seperti Pidie Jaya, Pidie, Aceh Besar, Sabang, dan Aceh Jaya, mencapai 2000 box peti kemas perbulannya atau satu box kapasitasnya mencapai 25 ton.

“Nah, barang tersebut selama ini diangkut dari Medan, bahkan dari Jakarta ke Aceh menggunakan truk, pasti dengan cost yang lebih tinggi. Tapi dengan adanya crane di pelabuhan ini, tentunya barang bisa dibawa menggunakan kapal laut dengan ongkos yang lebih murah,” ujarnya.

Saat ini sudah ada dua perusahaan pelayaran yang siap dan berkomitmen untuk melayani pola trayek operasional Malahayati­-Belawan-Tanjung Priok atau sebaliknya, yaitu perusahaan semen PT Semen Padang (Semen Indonesia) dan PT Lafarge Cement Indonesia. Sedangkan komoditas yang dibawa keluar dari Pelabuhan Malahayati berupa semen.

Al Abrar juga mengaku kini PT Pelindo I juga terus berkoordinasi dengan pemerintahan setempat dan pemerintahan propinsi Aceh untuk bisa mensosialisasikan keberadaan pelabuhan yang kini sudah melayani pelayaran peti kemas.

“Setidaknya selain mengimbau kepada para pelaku usaha dan pelaku ekspor untuk bisa memanfaatkan pelabuhan Malahayati sebagai sarana angkut barang-barang milik mereka, juga bisa mengeluarkan regulasi untuk aktifitas pelabuhan tersebut,” katanya.

PT Pelindo I juga berencana meminta untuk bisa mengoperasikan pelabuhan Calang guna melayani pelayaran angkut barang curah CPO. “Di kawasan pantai barat selatan Aceh memang produksi CPO sangat baik dan selama ini selalu diangkut dengan tangki, namun jika diangkut dengan kapal tentu akan lebih mengiritkan biaya operasional pengusaha,” ujarnya.

 Pelabuhan Malahayati adalah satu diantara banyak pelabuhan yang dijadikan bagian dari pembangunan tol laut di Indonesia oleh Presiden Joko Widodo. Demi mengimplementasikan program tol laut Indonesia, pembangunan dan penyediaan fasilitas di Malahayati pun dikebut. Termasuk pengadaan crane asal Jerman dengan bobot 300 ton yang kini hampir rampung pemasangannya.

Pembangunan infrastruktur adalah kata kunci konektivitas ekonomi antarwilayah Indonesia  agar bisa  tumbuh dan berkembang bersama-sama di seluruh sektor. Dengan demikian, pemerataan pembangunan bisa dirasakan rakyat banyak. [TA]

Related posts