BANDA ACEH – Persoalan semrawutnya jalan di kawasan Simpang Tujuh Ulee Kareng, Kota Banda Aceh, mendapat sorotan dari anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Kota setempat.
Menurut Isnaini Husda–anggota DPRK dari Partai Demokrat, tingginya volume kendaraan yang melintasi kawasan itu, kerab membuat kemacetan. Apalagi pada jam sibuk, kondisi tersebut langsung terkesan begitu semrawut. Kondisi serupa, kata dia, juga terjadi di beberapa titik lainnya, seperti Simpang Lima Banda Aceh, simpang Surabaya, simpang Jambo Tape.
“Kita minta persoalan kesemerawutan simpang tujuh Ulee Kareng bisa segera diselesaikan di tahun 2016 mendatang,” katanya.
Pada periode sebelumnya, kata Isnaini, Pemerintah Kota Banda Aceh sudah merencanakan penataan kawasan Simpang Tujuh Ulee Kareng dengan melakukan pembebasan lahan dan bangunan dengan radius 100 meter persegi. Namun rencana itu belum terealisasi hingga saat ini.
“Rencananya dulu di Simpang Tujuh itu dibangun tugu kopi sebagai ikon Ulee Kareng saat ini, kita berharap ini bisa segera terwujud setidaknya sebelumnya berakhirnya periode walikota sekarang,” ujarnya.
Isnaini meminta agar perencanaan untuk menata kembali simpang tujuh Ulee Kareng segera dikerjakan, karena hal tersebut juga menjadi harapan dari masyarakat sekitar yang disampaikan kepada pihaknya.
Ia juga meminta kerjasama dari masyarakat pemilik tanah dan bangunan untuk mempercepat upaya Pemko Banda Aceh untuk pembebasan lahan.
“Anggaran pembebasan lahan ada diusulkan secara keseluruhan, namun berapa untuk kawasan Simpang Tujuh, itu belum saya ketahui,” katanya.[]
Reporter: Teuku Irawan/Banda Aceh