“Mari, silakan, perahu kita yang disebelah sana,” kata seorang pria berpenampilan rapi.
Dari pakaian yang dikenakannya, tampak jelas kalau dia adalah seorang abdi negara. Di topinya jelas tertulis namanya: Gusrianto.
Dia tak lain adalah Kepala Pemerintahan Kecamatan Kuala Baru.
Setelah mempersilahkan kami naik ke perahu motor ukuran kecil, ia pun terlihat sibuk memutar haluan perahu, menyalakan mesin dan siap membelah Sungai Singkil menuju Kecamatan Kuala Baru.
Perahu motor yang disebut warga setempat dengan sebutan robin ini melaju cukup kencang, dan Camat Gusrianto sendiri sebagai pawang dan pengemudinya.
Dengan lincah ia mengemudikan robin termasuk saat meliuk liuk di kanal sempit Sungai Singkil yang dipenuhi pohon nipah dikiri kanannya. “Ini Robin sebagai kendaraan dinas kecamatan,” jelas Pak Camat.
Karena kecamatan kami lokasinya di seberang sungai, maka otomatis kendaraan dinas pak camat adalah robin, tambah dia.
Bagi Gusrianto, Robin ini sama dengan kendaraan roda empat yang dimiliki camat-camat lainnya. “Tapi ketika berurusan di darat, maka saya juga membutuhkan kendaraan darat, dan kini saya hanya punya sepeda motor,” katanya sambil tersenyum.
Bagi Gusrianto, memimpin Kecamatan Kuala Baru memiliki tantangan tersendiri. “Saya harus terus membawa perubahan dan perkembangan yang berarti bagi masyarakat, saya tidak ingin lokasi kecamatan yang terpencil membuat kehidupan warganya juga menjadi terpencil,” ujarnya.
Menurut Gusrianto, dia ingin, meski warganya tinggal di lokal, namun mereka sudah harus berpikir global. Saat ini pun, sebut Gusrianto, warga Kuala Baru tengah bersiap-siap menjadi tuan rumah untuk pelaksanaan Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) Tingkat Kabupaten yang akan diselenggarakan pada Desember 2016 mendatang.
“Ini adalah kesempatan dan peluang besar bagi kami untuk menunjukkan potensi SDM dan SDA yang dimiliki Kuala Baru,” katanya. []
Laporan yayan zamzami, dikutip dari Tabloid Tabangun Aceh.
