Neraca Perdagangan 2015 Surplus 7,51 Miliar Dolar

Neraca Perdagangan 2015 Surplus 7,51 Miliar Dolar
Ilustrasi (kompas.com)

Jakarta (Kanal Aceh) – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia sepanjang 2015 mengalami surplus 7,51 miliar dolar AS. Neraca ini merupakan selisih antara kinerja ekspor yang tercatat 150,2 miliar dolar AS dan kinerja impor 142,74 miliar dolar AS.

Kepala BPS Suryamin mengatakan, surplus neraca perdagangan selama tahun lalu terjadi lantaran penurunan impor lebih besar ketimbang penurunan ekspor. “Ekspor turun 14,62 persen dibanding periode 2014. Sementara, nilai impor turun 19,89 persen terhadap 2014,” kata Suryamin di Jakarta, Jumat (15/1).

Surplus neraca perdagangan sebenarnya bisa lebih besar apabila kinerja perdagangan pada Desember 2015 tidak mengalami defisit. BPS mencatat, neraca perdagangan pada pengujung tahun lalu mencatatkan defisit senilai 235,8 juta dolar AS.

Kinerja ekspor sebenarnya mengalami kenaikan 5,23 persen menjadi 12,12 miliar dolar AS pada Desember 2015 terhadap November 2015. Namun, kenaikan impor lebih tinggi, yaitu mencapai 6,98 per sen atau menjadi 11,89 miliar dolar AS dibandingkan November 2015.

“Jadi, secara akumulatif, Januari-Desember 2015 neraca perdagangan surplus, walau pun pada Desember kemarin terjadi defisit,” katanya. Lebih lanjut, Suryamin menjelaskan, surplus neraca perdagangan 2015 merupakan yang paling tinggi dalam empat tahun terakhir.

Kinerja perdagangan pada tahun lalu sekaligus mengakhiri defisit sejak 2012. Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Tirta Segara menjelaskan, perbaikan neraca perda gangan 2015 ter sebut didorong oleh naiknya surplus neraca perdagangan nonmigas.

Sementara di sisi lain, defisit neraca perdagangan migas mengalami penurunan. “Perbaikan neraca perdagangan tersebut semakin mendukung perbaikan kinerja transaksi berjalan Indonesia yang diperkirakan lebih baik dari tahun sebelumnya dan berada pada level yang lebih sehat,” ujar Tirta dalam siaran pers di laman resmi BI.


Baca juga:

Rupiah Lesu di Akhir Tahun, Gubernur BI Ungkap Penyebabnya

Daya Ekspor Aceh Turun Drastis


Berdasarkan data BI, defisit transaksi berjalan dalam neraca pembayaran Indonesia (NPI) kuartal III 2015 tercatat 4 miliar dolar AS (1,86 persen PDB). Catatan ini membaik ketimbang defisit pada kuartal III 2014, yaitu 7 miliar dolar AS (3,02 persen PDB) dan defisit pada kuartal II 2015 sebesar 4,2 miliar dolar AS (1,95 persen PDB). Sedangkan, sepanjang 2014, defisit transaksi berjalan tercatat 25,68 miliar dolar AS (2,95 persen PDB).

Defisit Menghantui
Meski neraca perdagangan sepanjang 2015 mengalami surplus, defisit perdagangan mulai menghantui Indonesia pada tahun ini. BPS mencatat, neraca perdagangan selalu mengalami defisit pada dua bulan terakhir di 2015. Pada November, neraca perdagangan mengalami defisit 346,4 juta dolar AS, sedangkan pada Desember terjadi defisit 230 juta dolar AS.

Defisit pada November-Desember 2015 terjadi karena ada lonjakan impor. Meskipun ekspor juga mengalami peningkatan, kenaikannya tidak mampu mengimbangi nilai impor.

Pada Desember 2015 misalnya, nilai ekspor tercatat 11,8 miliar dolar AS atau naik 6,98 persen dari November 2015. Sementara, nilai impor tercatat 12,1 miliar dolar AS atau meningkat 5,23 persen terhadap November 2015.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, defisit perdagangan tidak selalu bermakna negatif. Menurut Darmin, defisit membuktikan bahwa ekonomi Indonesia mulai bergerak. “Kalau ekonomi membaik, impor akan naik. Tapi, memang ekspor kita belum bisa naik signifikan,” katanya.

Darmin menjelaskan, ekspor sulit melonjak karena ekonomi global belum pulih. Hal ini akan memengaruhi permintaan dari negara-negara tujuan ekspor Indonesia, seperti Cina dan India. Selain itu, juga karena harga komoditas yang diproyeksikan masih akan tetap rendah pada tahun ini.

Karena itu, Darmin memperkirakan tren defisit yang terjadi dalam dua bulan terakhir pada 2015 akan berlanjut pada tahun ini. “Arahnya begitu, akan defisit,” ujarnya. Sebab, ekonomi domestik mulai bergerak, tetapi ekonomi global belum pulih sepenuhnya. (republika.co.id)

Related posts