Perjalanan yang Mengubah Sang Guru

Perjalanan yang Mengubah Sang Guru
Danielle Harmeling (Ist)

Palembang (KANALACEH.COM) – Seorang perempuan berkebangsaan Belgia yang datang ke Indonesia untuk mengajar mengalami guncangan budaya yang serius – dan telah mendapatkan pelajaran berharga sebagai hasilnya.

Danielle Harmeling berjalan memasuki ruangan kelas yang besar dan kosong, tempat dia akan mengajar di Indonesia. Di sana dia mendapatkan dinding-dinding putih serta papan tulis hitam. Tetapi kepala sekolah di sampingnya terpusat pada sesuatu hal yang seluruhnya berbeda.

“Dia menunjuk pada sandal saya dan berkata bahwa saya harus mengenakan sepatu berlapis kulit dan celana tiga perempat juga tidak cocok dengan gaya sekolah,” kenang Harmeling.

Bagi pemudi asal Belgia yang baru saja tiba di Kota Palembang, Sumatera Selatan, yang mayoritas penduduknya Muslim, guncangan budaya baru saja mulai.

Harmeling baru saja meninggalkan pekerjaannya di sebuah perusahaan asuransi di Belgia setelah menyadari bahwa itu “sama sekali bukan pekerjaan impiannya.”

Dia setuju untuk mengajar Bahasa Inggris kepada guru-guru di Sumatera Selatan yang bekerja sama dengan Universitas Liege. Dia ingin membuat perubahan besar – dia hanya tidak menyadari seberapa besar hal itu.

Pertama, ada norma-norma sosial. Pacar Harmeling bergabung dengannya dalam perjalanan ke Indonesia. Dia takut mereka akan menghadapi diskriminasi karena mereka tidak menikah. Hal itu terjadi ketika kepala sekolah mengetahuinya. Dia menyarankan pasangan itu untuk tinggal di pinggiran kota, “jauh dari sekolah”. Harmeling dan pacarnya segera menyadari bahwa mereka harus beradaptasi. Mereka menemukan sebuah rumah dengan keluarga keturunan Cina.

Kemudian perihal cuaca. Sebelum berangkat ke Indonesia, Harmeling telah mengantisipasi hari-hari yang panas dan lembab, tetapi tetap saja dia merasa terkejut dengan keadaan yang panas dan lembab. “Sekali waktu di luar ruangan, seperti mendapati dirimu tiba-tiba dilapisi keringat dan baju lengket di tubuh,” katanya. “Pikiran yang muncul saat itu juga adalah, ‘Saya ingin mandi, sekarang!’”

Tetapi perubahan iklim memberikannya pelajaran berharga.

“Penduduknya begitu baik, dan ritme kehidupan, iklim, atmosfirnya memberikan sesuatu yang begitu baik dan penuh kedamaian dalam kehidupan kami,” katanya. “Saya mencoba untuk tidak buru-buru pindah, tetap tenang, dan sabar dan menerima badan terasa lengket. Membiasakan diri (pada cuaca) cukup sulit, tetapi seperti yang sering saya katakan sekarang kami dapat membiasakan diri pada banyak hal. Dengan waktu, saya membangun strategi.”

Hal lain yang berhubungan: Ketika pertama kali dia tiba di Indonesia, Harmeling bertekad untuk memiliki rutinitas yang terstruktur. Secara sistematis dia mencoba untuk menyiapkan kelasnya dengan menghabiskan berjam-jam membuat rencana pelajarannya. Ketika dia mengambil kegiatan rekreasi, dia menjadwalkan pada awalnya. Tetapi dia harus belajar untuk hidup di saat sekarang, dan membiarkan segalanya berjalan secara alamiah.

Perjalanan selama satu jam menuju kota kecil Perajin Mariana adalah jalan yang panjang dan bergelombang. Setiap hari dia harus menyeberangi jembatan tua yang reyot untuk sampai ke sekolah. Awalnya dia merasa ketakutan. Seiring dengan berjalannya waktu, dia belajar untuk rileks. Terlebih lagi, bis-bis yang dia naiki untuk ke kota tidak pernah datang tepat waktu, tetapi hal itu disebabkan karena mereka harus menaikkan orang-orang sebelum supir melanjutkan perjalanan. Harmeling tumbuh untuk menghargai perbedaan-perbedaan.

Dia juga merangkul komunitas barunya. Dia selalu mendapat tumpangan ke sekolah dari beberapa orang muridnya. Tumpangan itu memberikan jalan untuk memperkuat hubungan dengan mereka.

Pada hari Jumat, murid-muridnya ingin meninggalkan kelas lebih awal. Harmeling mempunyai rencana-rencana pelajaran yang ingin dia selesaikan, tetapi akhirnya dia mengalah dan membiarkan mereka pergi. Dia segera memahami bahwa mereka ingin pergi ke mesjid untuk salat Jumat. “Hal ini merupakan hal yang baik bagi saya, hanya dengan mengizinkan mereka pergi lebih awal dan dalam satu hal ikut berpartisipasi dengan kebahagiaan mereka,” katanya.

Setiap hari, orang-orang dari berbagai latar belakang mendatangi dirinya dan pacarnya untuk berbincang-bincang. Pasangan itu juga mendapat undangan makan malam. Harmeling segera menyadari bahwa pengalaman-pengalaman positifnya semua berbagi satu kesamaan: pentingnya melepaskan kontrol.

Sebelum tiba di Indonesia, Harmeling merasa seolah-olah dia harus mengendalikan semua situasi. Saat dia kembali pulang ke Belgia, tiga bulan kemudian, pandangannya telah berubah seluruhnya. Dia telah belajar untuk hidup secara lebih spontan, dan untuk terbuka dengan pengalaman-pengalaman baru.

“Kami begitu belia saat itu, tetapi kami telah mengetahui ‘jam karet’ – bahwa waktu merupakan hal yang fleksibel; waktu berjalan secara pasti,” katanya. “Nikmati setiap menit dalam kehidupan. Menghabiskan waktu di Indonesia membantu saya meletakkan sesuatu dalam perspektif. Apakah hal ini benar-benar penting jika kadang-kadang kami harus menunda apa yang telah kita rencanakan?”

Tampaknya tidak. Harmeling sekarang tinggal di Chokier, Belgia, dan mengajar mahasiswa hukum. Dia menikah dengan pacar yang tinggal bersamanya selama di Indonesia, dan mereka sekarang memiliki tiga orang anak.

Dia menikmati hidupnya lebih dari yang pernah dia rasakan, katanya. Sekarang dia berkomitmen untuk menginspirasi orang-orang lain untuk melakukan bepergian dan mempelajari lebih tentang diri mereka sendiri – baik anak-anaknya, atau mahasiswa-mahasiswanya.

“Sekarang saya memiliki tiga orang anak, suami saya dan saya sering berkata bahwa mereka harus melakukan perjalanan,” kata Harmeling. “Saya berharap dulu orangtua saya mengatakan bahwa saya harus melakukan perjalanan, tetapi mereka ketakutan. Sekarang saya sering mendengar orang-orang berkata ‘berikan anak-anak akar dan sayap’. Saya sangat setuju dengan hal itu”. []


Versi asli artikel ini bisa Anda baca di sini. Untuk versi bahasa Inggris bisa dibaca di The trip that transformed me: The teacher di laman BBC Travel.

Related posts