Menunggu museum dibuka untuk umum

Menunggu museum dibuka untuk umum
Museum Samudera Pasai di Desa Beuringen, Kecamatan Samudera, Kabupaten Aceh Utara (Kanal Aceh/Rajali Samidan)

Lhoksukon (KANALACEH.COM) – Pembangunan Museum Samudera Pasai yang menghabiskan anggaran sekitar tujuh miliar rupiah dari APBN dan diklaim sebagai museum termegah di Aceh itu kabarnya akan difungsikan pada Juli 2016 mendatang. Saat ini, museum tersebut belum difungsikan karena belum rampung seratus persen.

Museum Samudera Pasai yang terletak di Desa Beuringen, Kecamatan Samudera, Kabupaten Aceh Utara itu rencananya akan dilengkapi dengan benda-benda yang berkaitan dengan sejarah dan kebudayaan Aceh. Pengunjung nantinya bisa mengetahui perkembangan budaya Kerajaan Pasai tempo dulu dari museum tersebut.

Kepala Bidang Pariwisata dan Kebudayaan Dinas Perhubungan, Pariwisata dan Kebudayaan (Dishubparbud) Aceh Utara, Nurliana mengatakan museum belum bisa dibuka untuk umum karena saat ini sedang ada pembangunan taman dan desain interior untuk memperindah museum tersebut.

“Museumnya belum dibuka karena belum siap dibuat interior. Jika tak ada interior, benda sejarah di dalam museum nantinya akan terlihat seperti dalam gudang. Saya berharap ketika pengunjung masuk ke dalam, mereka akan terbawa suasana pada masa kerajaan Samudera Pasai tempoe dulu,” ujarnya kepada Kanal Aceh di Aceh Utara, Rabu (17/2) siang.

Menurut Nurliana, benda-benda bersejarah yang akan diletakkan dalam museum tersebut diperoleh dengan cara membeli atau hasil sumbangan dari masyarakat yang peduli sejarah.

“Kita bersyukur ada orang baik hati yang menyerahkan beberapa benda sejarah Aceh untuk dimuseumkan. Benda sejarah sudah kita miliki semua seperti uang dirham, rencong, dan sejumlah benda sejarah lainnya. Nanti, benda sejarah yang berharga akan disimpan di ruang khusus agar tak bisa dicuri,” katanya.

Sedangkan Monumen Islam kerajaan Samudera Pasai yang dibangun tak jauh dari lokasi museum tersebut, kata Nurliana tahun ini memasuki tahap konstruksi dengan dana APBN sekira lima miliar rupiah. Paket konstruksinya saat ini sudah dalam proses pelelangan.

“Dengan monumen dan museum ini, kita ingin mengingatkan tentang masa-masa kejayaan kerajaan Aceh di abad ke-13 kepada generasi sekarang dan masa akan datang. Dan kita harapkan lokasi wisata sejarah itu nantinya mampu mendatangkan PAD (Pendapatan Asli Daerah),” harapnya.

Menurutnya, monumen itu belum rampung seperti yang diharapkan karena dana yang tersedia belum mencukupi untuk menyelesaikan proyek bangunan tersebut. “Kita tak boleh menyalahkan pemerintah, pemerintah sudah berusaha, tapi anggarannya tak ada, sehingga monumen tersebut dikerjakan sesuai anggaran yang ada,” kata Nurliana.

Direktur LSM Gerakan Rakyat Aceh Membangun (GRAM), Muhammad Azhar mengapresiasi kehadiran museum tersebut. Apalagi menurutnya, tak semua daerah mempunyai museum yang mendokumentasikan sejarah daerahnya sendiri laiknya museum yang diklaim sebagai yang termegah di Aceh itu.

Karena itu, Azhar mendesak pemerintah dan dinas terkait agar segera mengfungsikan museum dan membukanya untuk publik, sehingga masyarakat bisa melihat langsung benda-benda bernilai sejarah dalam museum tersebut. “Jangan sampai museum itu hanya menjadi benda antik karena tak kunjung difungsikan,” cetusnya.

Azhar menuturkan, Samudera Pasai memang sudah sepantasnya memiliki museum mengingat daerah tersebut merupakan wilayah yang kaya peradaban, kebudayaan dan pada kemegahan sejarah Kerajaan Samudera Pasai.

“Hal itu bisa dilihat dari banyaknya situs-situs benda purbakala. Melihat kekayaan sejarah yang ada, seharusnya museum tersebut sudah ada dari dulu,” ujar Azhar. [Rajali Samidan]

Related posts