Keterangan foto satwa langka seharusnya tak sebutkan lokasi

Keterangan foto satwa langka seharusnya tak sebutkan lokasi
Fotografer AFP, Chaideer Mahyudin memberikan materi dalam kelas fotografi acara Training Jurnalis Lestari Lanskap Leuseur yang diselenggarakan USAID Lestari di The Pade Hotel, Aceh Besar, Jumat (26/2) (Kanal Aceh/Aidil Saputra)

Banda Aceh (KANALACEH.COM) – Dalam menulis caption atau keterangan pada foto jurnalistik lingkungan yang dipublikasikan, terutama foto tentang satwa langka seharusnya tidak boleh disebutkan lokasi hewan tersebut berada.

Hal itu disampaikan oleh fotografer kantor berita media AFP, Chaideer Mahyudin dalam kelas fotografi acara Training Jurnalis Lestari Lanskap Leuseur yang dibuat oleh USAID Lestari di The Pade Hotel, Aceh Besar, Jumat (26/2).

“Apabila ditulis lokasinya, maka hewan langka itu menjadi buruan banyak orang, terutama para kolektor,” ungkap Chaideer.

Lanjutnya, kode etik ini sedang dibuat oleh fotografer dunia dan akan dikeluarkan pada perayaan World Press Photo.

Sejak 2007, kontes foto dunia yang bertema lingkungan dan alam tidak lagi menampilkan keindahan dan keunikan alam.

“Tahun 2010, banyak orang memotret burung rangkong dan menyebutkan lokasinya. Sekarang, burung rangkong makin banyak diburu,” ujarnya.

Ia mengatakan penulisan harga di keterangan foto satwa juga dapat memancing pemburu untuk mendapatkan satwa liar tersebut. “Itu merupakan kesalahan yang fatal dan sangat berbahaya sekali,” ungkap Chaideer yang juga fotografer acehkita.com.

Chaideer menambahkan, fotografi dapat menjadi advokasi bagi semua orang untuk menghentikan aktivitas perusakan lingkungan yang merugikan orang lain.

Acara Training Jurnalis Lestari Lanskap yang diselenggarakan oleh USAID Lestari diikuti oleh puluhan jurnalis dari dalam dan luar Banda Aceh selama tiga hari berturut-turut mulai Jumat (26/2) hingga Minggu (28/2).

Kegiatan itu bertujuan untuk mendorong jurnalis agar dapat memberikan pencerdasan kepada masyarakat terkait isu lingkungan. [Aidil Saputra]

Related posts