Lintas organisasi Banda Aceh beda buku peringati hari lahir Presiden Turki

Lintas organisasi Banda Aceh beda buku peringati hari lahir Presiden Turki
Ilustrasi buku (Shutterstock)

Banda Aceh (KANALACEH.COM) – Lintas organisasi di Banda Aceh memperingati hari lahir Presiden Turki, Recep Tayyib Erdogan (26 Februari 1954) yang ke 61 dengan membedah buku biografi yang berlangsung di Aula FKIP Unsyiah, Jumat (26/2).

Bedah buku ini diisi oleh Direktur Aceh Forum for Study of Islamic Civilization (AFSIC), Teuku Zulkhairi, Kandidat Doktoral Yeldiz University, Istanbul, Turki, Muhammad Arhami, dan Kepala Sekolah Hamzah Fansuri, Thayeb Loh Angen serta moderator Mujiburrizal yang merupakan anggota grup musik Raihan asal Malaysia.

“Sengaja kita ambil momen ini, sesuai dengan permintaan mahasiswa FKIP saat bedah buku sebelumnya,” kata panitia pelaksana, Teuku Farhan dalam rilis yang diterima Kanalaceh.com, Sabtu (27/2).

Teuku Zulkhairi yang mengawali bedah buku biografi Erdogan, Penakluk Sekulerisme Turki yang ditulis oleh Syarif Taghian mengungkapkan pemuda-pemuda hari ini perlu mengetahui lebih banyak tentang profil-profil pemimpin Islam yang mendunia.

“Kalau kita tidak pernah mengenal seorang pemimpin muslim lewat biografi, maka kita larut dengan ketokohan-ketokohan pemimpin dunia yang non-muslim. Ini akan jadi berbahaya bagi generasi muda Islam disaat tidak memiliki panutan,” ungkap Zulkhairi.

Selain tentang Erdogan, Teuku Zulkhairi mengatakn buku tersebut juga membahas tentang pola perubahan yang terjadi di Turki dari tahun ke tahun.

Pemateri lainnya, Thayeb Loh Angen mengatakan Turki dalam kurun waktu 90 tahun terakhir setelah kejatuhan Ottoman adalah sebuah negara sekuler.

“Setiap pemimpin yang ingin mengembalikan kepada Islam, semua dikudeta. Hanya di masa Erdogan ini Islam di Turki kembali bisa bernafas,” kata Thayeb.

Hal senada disampaikan Arhami yang menyebutkan perihal kemajuan Turki saat ini dan terbebas dari hutang dengan IMF adalah karena cara pemerintah merangkul rakyatnya yang lebih bijak.

“Orang-orang yang duduk di pemerintahan adalah kalangan profesional, pemerintah dan akademisi serta ahli dari kampus berjalan beriringan, dan ini membuat pembangunan lebih jalan,” katanya. [Aidil Saputra/rel]

Related posts