Perahu kertas dari Aceh untuk Jepang

Perahu Kertas Dari Aceh Untuk Jepang

CUACA Kota Banda Aceh, Jumat (11/3) sangat menyengat dan membakar kulit. Sementara itu, di Museum Tsunami Aceh, tampak ratusan pelajar dari tingkat SD hingga SMA, berbaur dalam hening, doa dan luapan emosi, melaui sebuah acara sederhana yang dilangsungkan oleh Pemerintah Aceh di tempat tersebut, yakni peringatan 5 tahun tsunami yang terjadi di Jepang pada 11 Maret 2011 lalu.

Acara yang dikemas sederhana tersebut, juga turut dihadiri perwakilan konsulat Jepang, Takayaki Kawai, dan Pemerintah Aceh sendiri, diwakili oleh asisten III Setda Aceh, Syahrul Badruddin.

Setelah memanjatkan doa kepada ribuan korban tsunami Jepang, selanjutnya ratusan pelajar kemudian melepas perahu kertas di kolam luas yang terdapat di Museum Tsunami Aceh.

Kapal kertas warna warni yang bertuliskan doa dan harapan tersebut, dilepaskan dalam kolam, dan Takayaki Kawai juga turut melepaskan salah satu kapal dengan ukuran yang lebih besar.

Orang tua, anak, dan para remaja dewasa juga turut bersemangat melepas kapal tersebut. Cut, salah seorang pelajar yang ikut serta dalam acara itu menjelaskan, tujuan dari pelepasan kapal kertas ke kolam air itu, sebagai simbol atau perlambang agar warga Jepang untuk tidak larut dalam kesedihan. “Mari lupakan masa lalu, dan bersama kita kemudikan kapal menuju pelabuhan harapan,” begitu tamsil Cut, Jumat (11/3).

Sementara itu, Takayuki Kawai, yang ikut hadir dalam acara tersebut mengatakan bahwa, musibah tsunami yang pernah melanda Aceh dan Jepang telah mempererat hubungan kedua daerah.

“Bencana tersebut telah memperkuat hubungan kerjasama dan pertukaran masyarakat untuk mempelajari bidang kebencanaan,” katanya.

Ia menceritakan, dahsyatnya gelombang tsunami yang menghacurkan Kota Higashimatshima prefektur Miyagi pada 11 Maret 2011 lalu, telah menumbuhkan semangat persaudaraan antara kota itu dengan kota dan daerah di Aceh yang juga mengalami hal yang sama pada 26 Desember 2004.

Dan bahkan, jelasnya, kerjasama antara kedua daerah itu, saat ini tidak hanya terbatas pada bidang kebencanaan tapi juga dalam berbagai bidang lainya seperti pertanian, perikanan, dan pengembangan teknologi.

“Atas nama Pemerintah Jepang, kami mengucapkan terima kasih atas terselenggaranya peringatan bencana gempa dan tsunami yang melanda wilayah timur Jepang,” ujar Takayuki.

Sementara itu, asisten III Setda Aceh, yang mewakili Pemerintah, menyampaikan terimakasih kepada Forum Persahabatan Indonesia – Jepang yang telah menggagas peringatan Tsunami Jepang. “Bencana itu mengingatkan kita pada penderitaan yang kita alami saat tsunami melanda Aceh 11 tahun silam,” kata Syahrul.

Menurut Syahrul, sebagai bentuk solidaritas dan dukungan bagi kebangkitan bersama dari musibah tsunami, sudah sepatutnya Aceh juga memperingati tsunami yang melanda Jepang.

Peringatan itu diharapakan dapat meningkatkan kepedulian, kewaspadaan dan pengetahuan tentang kebencanaan, jelasnya.

“Ini merupakan kehormatan bagi rakyat Aceh mengingat Jepang merupakan salah satu negara yang memberi perhatian sangat besar bagi proses pemulihan Aceh pascabencana tsunami 11 tahun silam,” kata Syahrul. [Saky]

Related posts