Facebook hapus grup yang terindikasi menjual senjata

Ilustrasi. (Reuters)

Jakarta (KANALACEH.COM) – Facebook ternyata tak hanya marak dipakai untuk menjual makanan atau pakaian, namun juga senjata. Jenisnya bisa macam-macam, mulai pistol revolver sampai peluncur granat, dan rudal anti-pesawat.

Aneka barang berbahaya itu dijual di daerah Timur Tengah yang rawan konflik, seperti wilayah Libya dan Irak, menurut laporan Armament Research Services (ARES) yang dirangkum KompasTekno dari The Guardian, Minggu (10/4).

Awal minggu lalu, The New York Times melaporkan ke pihak Facebook, tujuh akun grup yang terindikasi melakukan perdagangan senjata. Pengelola jejaring sosial itu segera menutup enam di antaranya, kecuali satu yang tidak melakukan aktivitas perdagangan.

“Semua yang melanggar standar Facebook dan diberitahukan ke kami telah dihapus begitu kami melihat laporan bersangkutan,” sebut seorang juru bicara Facebook.

Para penjual dan pembeli senjata bersembunyi di balik grup Facebook yang tertutup. Di sana terpajang foto-foto senjata yang berfungsi sebagai iklan baris, tak ubahnya etalase toko di mana barang dagangan bisa dilihat-lihat oleh calon peminat.

Saat menemukan barang incaran, calon pembeli bisa menghubungi penjual lewat pesan pribadi atau telepon. Cara ini lebih praktis ketimbang harus datang ke pasar gelap senjata yang memang sudah ada di wilayah-wilayah terkait.

Facebook sendiri tak terlibat dengan kegiatan dagang yang dilakukan pengguna. Namun, karena jangkauannya yang luas dan jumlah pengguna mencapai angka miliaran, jejaring sosial itu sering dimanfaatkan sebagai marketplace, layaknya forum jual beli.

Sebagian senjata yang dijual di Facebook merupakan barang produksi Soviet atau Rusia berasal dari gudang-gudang di Libya yang dijarah saat negara itu mulai dilanda konflik pada 2011. Tapi ada juga yang berasal dari negara lain seperti Inggris dan AS.

Pada Januari lalu, Facebook secara resmi melarang pengguna menjual senjata api di jejaring sosialnya untuk menekan transaksi barang berbahaya tersebut. Larangan serupa juga diterapkan di layanan photo sharing Instagram.

Namun, peredaran senjata api di Facebook masih sulit dikendalikan karena pihak pengelola belum secara proaktif menelusuri situsnya untuk mencari pelanggar. Jejaring sosial ini lebih banyak bergantung pada pengguna dalam hal tersebut.

“Mengkoordinasikan penjualan senjata api secara privat bertentangan dengan standar komunitas Facebook. Kami akan menghapus konten seperti itu saat mengetahuinya,” sebut Facebook dalam sebuah pernyataan.

“Kami mendorong pengguna untuk menggunakan tautan yang tersebar di situs kami untuk melaporkan pelanggaran, agar bisa segera ditindaklanjuti,” ujar juru bicara Facebook. [Kompas]

Related posts