Alumni Yaman: bermazhab itu sangat penting

Diskusi ilmiah nasional di aula FISIP Unsyiah, Banda Aceh, Selasa (19/4) sore. (Kanal Aceh/Fahzian Aldevan)

Banda Aceh (KANALACEH.COM) – Berpedoman pada mazhab tertentu dalam menjalankan ajaran agama dinilai sangat penting karena penganut agama tidak bisa mengambil kesimpulan sendiri.

Hal itu disampaikan alumni Yaman yang berasal dari Jakarta, Ubaidillah Achmad Tarich saat mengisi acara diskusi ilmiah nasional di aula FISIP Unsyiah, Banda Aceh, Selasa (19/4) sore.

“Bermazhab itu sangat perlu, apalagi kalau kita kurang memahaminya, bagaimana mengambil kesimpulan, maka membutuhkan mazhab,” katanya.

Menurutnya, walaupun seseorang sudah mempunyai mazhab sendiri, namun bisa saja berpindah ke mazhab lain, sekalipun mazhab barunya itu berbeda dengan mazhab sebelumnya.

“Misalnya mazhab Syafi’i dalam rukun wudu, jika bersentuh laki-laki dan perempuan hukumnya batal, tetapi mazhab Maliki sah-sah saja,” sebutnya.

Jadi, kata Ubaidillah, jangan karena hanya mencari kemudahan, seseorang sesuka hati berpindah mazhab.

“Kalau cuma untuk menggampangkan sesuatu, ini yang tidak boleh,” tandasnya.

Ubaidillah kembali memberikan contoh, saat penetapan waktu salat Magrib.

“Pada mazhab Syafii, dalam salat Magrib waktunya dikatakan hanya sebentar, namun mazhab yang dulu mengatakan waktu salat Magrib hingga hilangnya mega merah di langit,” tuturnya lagi.

Ia juga mencontohkan pada cara bersiwak. Saat bulan Ramadan, menurut mazhab Syafii hukumnya makruh, tapi mazhab yang lain membolehkannya.

“Karena kalau kita bersiwak saat bulan puasa, maka bau mulut kita menghilang, saat bersamaan juga, bau mulut saat puasa itu mendapat pahala. Tapi sebagian mazhab mengatakan, bau mulut muncul dari perut yang kosong, dan tidak berpengaruh dengan kotoran yang ada di mulut,” jelas Ubaidillah. [Fahzian Aldevan]

Related posts