Dukung Zaini Abdullah Cagub Aceh “peumulia ureung syik”

Mantan kombatan GAM, Fadhli. (Kanal Aceh/Aidil Saputra)

Banda Aceh (KANALACEH.COM) – Laki-laki bertubuh gempal itu berusia 53 tahun. Ia begitu bersemangat ketika bercerita tentang perjuangan masa lalu yang dilakukan oleh dirinya bersama 92 anak buah semasa konflik bersenjata di Aceh dulu.

Dia adalah mantan kombatan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) panglima pasukan Rungkhom D3-D4 wilayah Batee Iliek sejak 1998. Nama panggilan dirinya sewaktu masih bersama GAM adalah Petrus.

Tapi, kini perdamaian antara GAM dan Pemerintah Republik Indonesia (RI) sudah berjalan 10 tahun. Bagi dirinya, untuk zaman seperti sekarang ini bukan lagi perang antar sesama manusia, tapi perang terhadap narkoba. Itu yang seharusnya dilakukan untuk Aceh.

“Sekarang saya berjuang dengan kelembutan untuk membina keluarga dan mendidik anak. Saya selalu mengingatkan kepada anak saya dan teman-temannya, kalian harus berperang melawan narkoba. Jangan ada lagi perang menggunakan senjata,” kata Fadhli, – nama asli Petrus – kepada Kanalaceh.com, Jumat (13/5) kemarin.

Fadhli yang lahir di Matang, Bireuen ini juga selalu mengingatkan anaknya agar tidak terlibat dalam perbuatan yang dilarang agama dan adat. Tapi yang paling bahaya adalah perbuatan yang dilarang agama.

Laki-laki yang mempunyai tiga anak ini, menuturkan bahwa ia punya satu kekhawatiran. Yaitu, jika tentara masuk ke dalam dunia politik praktis, hal ini menjadi pertanda tidak baik.

Ia selalu teringat pesan yang diucapkan oleh Panglima GAM, Tgk Abdullah Syafi’ie sewaktu bertemu di wilayah Matang dulu.

“Tentara itu tak boleh berpolitik. Berpolitik itu hak warga sipil,” kata Fadhli seperti yang diucapkan oleh Tgk Lah, panggilan Tgk Abdullah Syafi’i.

Karena pesan yang disampaikan Tgk Lah itulah yang menjadi dasar mengapa ia saat ini mendukung Zaini Abdullah sebagai bakal calon (balon) Gubernur Aceh 2017-2022 pada Pilkada Aceh 2017 mendatang.

Alasan lainnya, tambah Fadhli, adalah berdasarkan hati nurani dan pribadi, sebab sebagai mantan kombatan ia menilai bahwa tanpa GAM dirinya tak bakal dikenal. GAM itu ada berkat orang tua, salah satunya Zaini Abdullah. “Tanpa orang tua itu, GAM tak ada,” ucapnya.

Selain itu, alasan lainnya Ia mendukung Abu Doto – panggilan Zaini Abdullah – adalah karena ia ingin “peumulia ureung syik” (memuliakan orang tua). Memuliakan orang yang lebih senior lagi dalam GAM.

“Bahasanya seperti ini, saya menghormati abang atau senior saya di GAM, tapi ada lagi yang lebih senior. Dan yang lebih senior itu yang saya muliakan,” tegasnya.

Baginya, sosok Abu Doto adalah orang tua di GAM yang maju sebagai Gubernur Aceh 2017. Ia siap mendukung. Tapi dia mengaku tak bermusuhan dengan orang-orang senior yang juga maju sebagai gubernur.

Menurutnya, Abu Doto juga telah melakukan dobrakan tradisi yang sebelumnya tak pernah ada. Itu yang membuat dirinya tertarik dengan mengambil wakil gubernur dari wilayah tengah Aceh untuk mendampingi Abu Doto yang akan maju sebagai gubernur.

“Dia telah melakukan dobrakan dengan mengambil wakil dari wilayah tengah Aceh. Selama 10 tahun belum ada yang seperti dia,” akunya.

Laki-laki yang mempunyai akun Facebook bernama Hokagata Panglima ini juga mengaku tak mengharapkan imbal apa-apa dengan mendukung Zaini. Ia percaya bahwa rejeki sudah diatur di tangan Allah Swt.

Di akhir perbincangan, ia juga berpesan bahwa tugas dan fungsi pemimpin adalah sebagai simbol pemberi semangat rakyatnya. Bukan menarik pukat ke tengah laut, bukan membawa cangkul pergi ke kebun, dan bukan membawa parang pergi ke hutan.

“Tapi cukup memberi perintah yang tepat untuk melaksanakan tugas-tugasnya,” pesannya.

Artinya, usia lanjut tidak membatasi seseorang pemimpin untuk memajukan negeri atau daerahnya. Tugas pemimpin atau gubernur memberikan harapan dalam sebuah keputusan, memberikan ketenangan dalam kegelisahan dan memberikan makanan di waktu lapar.

“Bagi saya pekerjaan ini dapat dilakukan oleh pemimpin yang sudah berusia 90 tahun. Apalagi seorang pemimpin yang masih berusia di bawah 80 tahun pasti bisa juga melakukannya,” ungkapnya.

Menurut laki-laki yang hobi touring dengan motor gede (moge) dan diving ini, ada banyak contoh tokoh-tokoh dunia pada usia lanjut yang dapat memimpin satu negeri.

“Nelson Mandela mantan Presiden Afrika Selatan, Mahatma Gandhi di India, bahkan Wali Hasan Tiro sampai umur 84 tahun masih memikirkan Aceh,” sebutnya.

Ia menambahkan, Wali pernah berkata bahwa, berjuanglah untuk Aceh selama hayat masih dikandung badan. [Aidil Saputra]

Related posts