Enam tips penting wisata lari lintas alam

Jakarta (KANALACEH.COM) – Wisata lari lintas alam, masuk ke hutan melintasi pegunungan sedang hits dilakukan traveler. Bagi kamu yang baru mau mencoba, ini enam tips penting dari Hendra Wijaya.

Hendra Wijaya adalah seorang pelari ultra. Dimulai sejak tahun 2011, dirinya sudah melalang buana ke tiap penjuru dunia untuk mengikuti ultra dan triathlon. Dia pernah berlari melintasi gurun pasir Oman sejauh 300 km sampai ikut Likeys 6633 Ultra 2015, berlari 566 kilometer di Kutub Utara.

Dirinya pun menjadi pengagas olahraga ultra dan triathlon di Indonesia. Sebut saja Rinjani 100 Trail Ultramarathon di Lombok dan Gede Pangrango Ultra Marathon di Jawa Barat, yang tak lepas dari campur tangannya.

Sekarang ini, wisata lari lintas alam pun sedang digemari traveler. Ada pengalaman dan sensasi baru, menguji fisik sekaligus menyaksikan keindahan panorama alam dari dekat.

Namun, wisata lari lintas alam tidak boleh sembarang dilakukan. Ada persiapan dan latihan yang tak sebentar, demi faktor keamanan dan kenyamanan.

Berikut 6 tips wisata lari lintas alam khususnya untuk kamu yang baru mau mencobanya, dari Hendra Wijaya:

1. Suka lari

“Orang-orang yang mau lari lintas alam, minimal punya basic suka lari dulu,” kata Hendra kepada detikTravel, Jumat (27/5/2016).

Ini merupakan tips pertama dan paling utama. Ketika Anda sudah punya rasa suka terhadap lari, maka pelan-pelan Anda bisa mencoba lari lintas alam menembus hutan dan pegunungan. Serta tentu saja, sudah memiliki kondisi fisik dan stamina yang mumpuni.

“Latihan lari terus, di jalanan juga nggak apa-apa. Jadikan kebiasaan,” ujarnya.

2. Terus berlatih lari

Tips kedua adalah harus rutin berlari sebelum melakukan lari lintas alam. Selain itu, jaga juga kesehatan tubuh dengan makan cukup dan tidur yang teratur.

“Fisik yang bagus akan datang sendiri dengan cara berlatih. Setelah terlatih fisiknya, maka akan semakin kuat juga dan makin memperhatikan masalah kesehatan. Orang yang sering berlatih tapi kurang tidur dan makanannya tidak sehat, itu tidak bagus untuk tubuhnya di masa mendatang,” urai Hendra.

3. Pelajari tempat yang dituju

“Harus pelajari dulu tempat yang dituju untuk berlari lintas alam. Berapa ketinggiannya, berapa jarak tiap posnya, kondisi medannya dan lain-lain,” ujar Hendra.

Dengan mempelajari destinasi yang akan dituju, kita jadi mendapat gambaran tentang apa-apa saja tantangan yang akan ditemui. Kita pun bisa mempersiapkan perlengkapan sebaik mungkin, terutama juga bisa menilai kuat atau tidaknya tubuh untuk berlari ke sana.

“Persiapan setiap orang untuk lari lintas alam berbeda-beda, tergantung fisik dan pengalamannya. Dengan tahu berapa jaraknya, kita bisa ukur kapan mau kenceng kapan mau lambat larinya,” papar Hendra.

4. Siapkan perlengkapan

Untuk berlari melintasi alam, dibutuhkan beberapa perlengkapan. Hendra menjelaskan, beberapa perlengkapan yang standar dibawa para pelari lintas alam di antaranya buff, sarung tangan, kupluk, head lamp, rain coat dan jaket. Jangan lupa juga aneka alat komunikasi dan peluit.

“Lari ke gunung itu dingin. Ujung jari dan daun telinga itu paling sensitif kena dingin. Makanya pakai kupluk dan sarung tangan, agar tetap hangat dan terhindari dari hiportemia,” jelas Hendra.

Tas hydrobag menurut Hendra juga dapat dibawa dan sebagai tempat untuk menaruh perlengkapan-perlengkapan tersebut. Tas hydrobag yang memiliki selang minum, memudahkan pelari untuk minum saat sedang haus-hausnya.

“Masalah perlengkapan dan pakaian disesuaikan oleh kondisi alam. Untuk sepatu, lebih baik sepatu trail running karena kalau menginjak tanah kuat cengkramannya,” kata Hendra.

5. Bawa makanan

Makanan yang dimaksud Hendra bukan makanan seperti mie instant, nasi dan semacamnya. Dirinya menegaskan, bukan kenyang atau banyaknya porsi yang dimakan ketika sedang berisitrahat saat berlari lintas alam, melainkan hitunglah kalorinya!

“Ini yang orang Indonesia salah mindset, kalau makan harus kenyang dan banyak. Padahal kalau makan sampai kenyang, gerakan jadi lambat karena tubuh harus istirahat dulu mencernanya,” ujar Hendra.

Oleh sebab itu, bawalah makanan seperti energy bar dan cokelat yang bentuknya kecil dan tidak mengenyangkan, namun sudah memberikan cukup kalori. Badan pun bisa lanjut berlari tanpa harus beristirahat lama-lama.

“Lima energy bar saja, sudah sangat cukup memenuhi kebutuhan kalori dan kalorinya lebih banyak dari satu bungkus indomie. Kadang kalau sudah lapar, kita bawaannya harus makan dan makan nasi, padahal sebaiknya jangan begitu. Mie dan nasi tidak bagus saat berlari,” papar Hendra.

6. Bersama teman

“Bagusnya lari lintas alam bersama tim atau komunitas. Minimal berdua atau bertigalah, untuk keamanan diri sendiri,” ucap Hendra.

Jangan coba-coba melakukan lari lintas alam sendirian. Contohnya seperti berlari ke Gunung Pangrango, di sana terdapat banyak akar yang bisa jadi mencederai kaki. Atau contoh lain di Gunung Gede yang dekat air panas, treknya licin dan bisa membuat terpeleset ke jurang.

“Musibah bisa terjadi di mana-mana, apalagi di alam. Jika kita kenapa-kenapa, setidaknya ada teman kita yang membantu atau dapat melapor untuk meminta pertolongan. Sudah banyak komunitas lari kok sekarang, bisa bergabung,” ungkap Hendra. [Detik]

Related posts