Pemberitaan mitigasi bencana belum menjadi mainstream media

Sekjen FJAPB, Fakhrurrazi Gade saat mengisi acara workshop fotografi Peran Jurnalistik dalam Kebencanaan di Media Center Kodam Iskandar Muda, Neusu, Banda Aceh, Sabtu (28/5). (Kanal Aceh/Fahzian Aldevan)

Banda Aceh (KANALACEH.COM) – Sekretaris Jenderal Forum Jurnalis Aceh Peduli Bencana (FJAPB), Fakhrurrazi Gade menilai bahwa pemberitaan terkait bencana hanya dipublikasikan oleh media setelah bencana terjadi, sementara pemberitaan tentang aspek pencegahan atau mitigasi untuk mengurangi risiko bencana masih sangat kurang.

“Bencana lebih banyak diberitakan saat sudah kejadian. Hal ini terjadi karena penulisan berita tentang mitigasi bencana belum menjadi mainstream dalam pemberitaan,” ujar Fakhrurrazi saat mengisi acara workshop fotografi Peran Jurnalistik dalam Kebencanaan di Media Center Kodam Iskandar Muda, Neusu, Banda Aceh, Sabtu (28/5).

Maka, sambungnya, saat bencana telah terjadi, pemberitaan hanya difokuskan pada jumlah korban, kerusakan bangunan, dan dampak lainnya. Dan pada masa rekonstruksi pascabencana, kata Fakhrurrazi, media gagal mengawal dan mengawasi pemberitaan terkait hal tersebut.

“Sering media meninggalkan masa rekonstruksi. Paling lama bertahan hanya sekitar setahun,” sebutnya.

Menurutnya, saat kejadian bencana terjadi, para jurnalis, selain bertugas untuk mewartakan informasi, juga bisa menjadi relawan.

“Karena itu mempermudah para jurnalis mendekatkan diri dengan korban. Dan jangan sekali-kali jurnalis memaksa korban untuk diwawancarai misalnya. Berempatilah pada penderitaan yang dihadapi mereka,” tuturnya.

Selain itu, kata Fakhrurrazi, selain fokus memberitakan perihal dampak yang terjadi dalam peliputan bencana, jurnalis juga harus mengutamakan keselamatan diri mereka masing-masing.

“Wartawan juga manusia, maka keselamatan diri juga harus diutamakan,” imbaunya. [Fahzian Aldevan]

Related posts