Penjarahan menyebar, beberapa kota di Venezuela berlakukan jam malam

Ratusan warga permukiman kumuh berunjuk rasa menuju ke Istana Presiden Venezuela di Caracas untuk mempertanyakan kelangkaan bahan makanan di negeri itu. (AFP)

Caracas (KANALACEH.COM) – Kota pesisir Venezuela Cumana kini berada dalam jam malam setelah penjarahan massal mengakibatkan 20 toko hancur dan 400 orang ditahan.

Sejumlah video yang disebar melalui media sosial memperlihatkan ratusan orang, sebagian besar pria, menyerbu sebuah supermarket dan menggondol semua barang mulai dari minyak goreng hingga bir.

Tentara, polisi dan pasukan khusus Sebin yang ditakuti kini berpatroli di kota tersebut. Sepeda motor yang merupakan sarana transportasi rakyat dilarang selama 72 jam sejak Selasa lalu.

Sepeda motor dilarang berkeliaran karena digunakan para penjarah sebagai sarana untuk melarikan diri.

Sepanjang Juni, aksi penjarahan dan kerusuhan terkait makanan terjadi di berbagai kota di Venezuela dan menyebabkan setidaknya empat orang tewas.

Anjloknya harga minyak dunia ditambah kemungkinan adanya mismanajemen membuat pemerintahan Presiden Nicolas Maduro kini berjuang untuk mengimpor cukup makanan bagi rakyatnya.

Teriakan “kami lapar” menjadi hal yang jamak terdengar dalam antrean panjang manusia di luar toko-toko serba ada.

Warga yang hanya ingin membeli makanan semacam pasta, beras atau roti semakin terbiasa mengantre hingga berjam-jam di luar toko.

Akhirnya kesabaran rakyat habis dan itu terjadi pada 2 Juni lalu hanya terpisah beberapa blok dari Istana Presiden di Caracas.

Sekelompok orang berisi 100 pengunjuk rasa berusaha mendatangi istana menuntut ketersediaan makanan. Tak seperti biasa, pengunjuk rasa bukan datang dari kalangan kelas menengah tetapi datang dari permukiman kumuh di Caracas.

“Sekarang jauh lebih buruk karena kami tak bisa mendapatkan apapun,” ujar Tita Panacuare (64), warga kawasan kumuh Petare.

Tita bersama putrinya mengaku hanya makan satu kali sehari. Sedangkan sang cucu yang baru berusia 12 bulan, hanya mengonsumsi ASI.

Menanggapi krisis yang disebut sebagai sebuah “perang ekonomi” yang dikobarkan para musuh politik di dalam dan luar negeri, Presiden Maduro mengatakan, solusi masalah ini adalah kendali langsung pemerintah terhadap distribusi pangan.

Pemerintah memunculkan skema subsidi pangan yang akan didistribusikan langsung kepada rakyat miskin setiap tiga pekan.

Kelompok oposisi mengatakan, skema ini hanya akan menguntungkan bagi para pendukung pemerintah dan justru akan semakin menghidupkan pasar gelap.

Kelompok oposisi menuding berbagai kebijakan keuangan, kendali  harga dan korupsi yang sudah marak di masa pemerintahan Hugo Chavez adalah akar utama krisis saat ini.

Warga Venezuela khawatir kondisi ini akan mengulang kerusuhan Caracazo 1989 di ibu kota Caracas.

Saat itu, ekonomi Venezuela di bawah pemerintahan Presiden Carlos Andres Perez juga ambruk akibat anjloknya harga minyak dunia.

Kerusuhan itu kemudian menjadi penjarahan tak terkendali selama beberapa hari yang mengakibatkan beberapa ratus orang meninggal dunia.

Dan, beberapa warga Venezuela nampaknya sudah tak heran jika pergantian politik di negeri itu akan mengikuti pola yang sama.

“Satu-satunya perubahan di sini adalah melalui kekacauan,” kata Christian (62), seorang pengemudi taksi. [Kompas]

Related posts