Gajah liar usik perkebunan warga di Cot Girek

dihadang-5-gajah-liar-petani-di-aceh-nyaris-tewas-diinjak
Ilustrasi Gajah Liar (merdeka.com)

Lhoksukon (KANALACEH.COM) – Puluhan gajah liar sejak lima hari ini usik areal perkebunan warga di Alue Buloh dan Paket 14 Desa Cot Girek, Kecamatan Cot Girek, Kabupaten Aceh Utara. Tanaman pisang dan pinang jadi sasaran, bahkan beberapa alat dapur milik petani juga menjadi sasaran para gajah.

Warga setempat dan sejumlah petani sangat berharap adanya tim terkait yang turun langsung ke lokasi untuk melihat kawanan gajah liar sekaligus menanggulanginya dengan cepat. Sementara Tim Conservation Response Unit (CRU) Cot Girek yang ditugaskan untuk menghalau gajah-gajah liar itu hanya mampu menghalau secara manual.

“Hingga malam ini kawanan gajah liar masih berkeliaran di sekitar areal perkebunan kami, jumlahnya lebih 20 ekor, mulai dari yang kecil hingga besar. Belum ada tanda-tanda kapan gajah-gajah ini meninggalkan tempat ini. Sehingga kami sangat khawatir bila kebun kami semakin parah dikuasai gajah,” jelas Mustafa (38), salah satu petani yang memiliki kebun di desa itu kepada Waspada Online, Jumat (1/7).

Ia bersama petani dan warga sempat melakukan pengusiran terhadap gajah-gajah liar itu, akan tetapi tidak membuahkan hasil yang signifikan. Lantas, mereka hanya berharap agar tim terkait dapat turun langsung ke lokasi.

Seharusnya, sambung dia, gajah jinak CRU Cot Girek harus selalu siap untuk diterjunkan menghalau gajah liar. Hal ini sangat penting demi melakukan upaya pencegahan konflik gajah dengan manusia, sehingga tidak menimbulkan korban maupun kerusakan yang parah.

“Seharusnya gajah terlatih milik CRU diterjunkan langsung ke lokasi gangguan gajah liar, jangan hanya pawangnya saja yang turun, itu tidak mampu dilakukan dan sulit,” pintanya.

Sekretaris Desa Cot Girek, Syamsul, membenarkan hal itu. Saat dihubungi, Syamsul mengatakan bahwa warga dan petani sedang berupaya untuk menghalau kawanan gajah liar dengan cara membakar meriam. Menurutnya, gajah liar kerap mengusik areal perkebunan warga setempat karena jarak yang berdekatan dengan sungai.

“Lokasi itu berdekatan dengan sungai, maka gajah-gajah itupun kerap mengusik perkebunan warga. Selama ini hanya dihalau dengan cara dibakar meriam, dan turut dibantu tim CRU secara manual, bukan dengan gajah jinak milik CRU itu sendiri,” jelasnya.

Salah satu mahout (pawang) gajah, Rijal, mengatakan, dirinya bersama mahout lainnya sempat menghalau gajah yang sama di Alue Buloh dengan cara manual. Sementara untuk malam ini dirinya belum menerima informasi itu. Ia pun membenarkan masih terdapat kesulitan untuk menghalau gajah-gajah liar karena keterbatasan fasilitas.

Sementara itu, Kepala Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Aceh, Genman Suhefty Hasibuan, mengatakan, pihaknya sudah perintahkan koordinator mahout untuk berkoordinasi dengan tim terkait dengan kondisi yang terjadi dan segera mengambil langkah-langkah lanjutan untuk menanganinya.

“Pada umumnya gangguan gajah liar ini terjadi karena habitatnya sudah banyak yang rusak. Maka saya rasa bisa secara perlahan untuk menangani persoalan ini, dan kalau bisa masyarakat maupun setempat terus berkoodinasi dengan Tim CRU di lapangan untuk menanggulangi gajah-gajah liar itu, saya juga akan berkoordinasi dengan tim di lapangan,” jelas Genman saat dihubungi. [Wol]

Related posts