Ulama diharapkan jadi penyejuk terselenggaranya Pilkada damai di Aceh

Gubernur Aceh, Zaini Abdullah memberikan sambutan pada rapat koordinasi MPU se-Aceh di kantor MPU, Aceh Besar, Selasa (2/8). (Suhaimi Tripa)

Banda Aceh (KANALACEH.COM) – Gubernur Aceh, Zaini Abdullah mengatakan, ulama dalam kedudukannya sebagai panutan dan pemimpin di tengah masyarakat Aceh memiliki peran strategis dalam memperkokoh sendi-sendi etika, moral dan spiritual kehidupan berbangsa dan bernegara. Ulama juga memiliki peran yang sangat penting dalam upaya mencerahkan, mencerdaskan, dan membimbing umat.

“Karena itu, peran dan kedudukan para ulama sangat melekat dan tidak bisa dipisahkan dengan upaya kita membangun Aceh berlandaskan iman dan taqwa,” kata Zaini saat sambutan pada rapat koordinasi (rakor) Majelis Permusyawaratan Ulama se-Aceh di Kantor MPU Aceh, Lampeuneurut, Aceh Besar, Selasa (2/8).

Lanjutnya, pengaruh globalisasi melahirkan efek yang sangat kompleks, temasuk salah satunya, terkikisnya karakter-karakter pribadi muslim yang sebelumnya bijaksana dan sabar, menjadi gampang terhasut dan mudah terprovokasi.

Hal seperti ini, sambung Zaini, tentu berpotensi menimbulkan perpecahan di kalangan ummat. Terlebih lagi dalam waktu beberapa bulan ke depan di Aceh akan melaksanakan Pilkada serentak.

“Karena itu, saya sangat berharap ulama mampu untuk menjadi penyejuk dan mendorong terselenggaranya Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) damai di Aceh pada 2017 mendatang,” ungkapnya.

Ia juga menyambut baik langkah MPU yang menyelenggarakan rapat koordinasi ini, dimana salah satu poin yang dibahas adalah independensi MPU menghadapi Pilkada mendatang.

Zaini berharap dari pertemuan ini mampu merumuskan langkah terbaik dalam mendorong peran yang lebih optimal lembaga MPU maupun para ulama sehingga semakin mampu berperan dalam pembangunan guna menciptakan kehidupan yang aman, tertib, nyaman dan tentram bagi masyarakat Aceh.

“Mudah-mudahan hasil rakor ini mampu memperkuat peran MPU dalam membangun semangat damai di daerah kita,” imbuh Zaini.

Selain itu, Zaini juga mengungkapkan persoalan ummat yang paling dirasakan saat ini adalah pengikisan nilai-nilai Islam sebagai dampak arus globalisasi yang kian tak terbendung.

Indikasi ini bisa dilihat dengan mulai berkembangnya perilaku permisif, perilaku adiktif, perilaku brutalistik, hedonistik serta materialistik, lalu diperparah lagi dengan rasa malu yang semakin terkikis. “Jika terus dibiarkan, semua itu berpotensi mengusik kejayan Islam di Aceh,” pungkasnya.

Maka, lanjut Zaini, ulama dan umara harus senantiasa seiring sejalan dalam menjalankan pembangunan di segala bidang, menuju terwujudnya Aceh yang baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur.

“Kedudukan ulama sebagai pewaris para nabi, laksana pelita bagi ummat. Segala nasihat dan bimbingan dari para ulama senantiasa harus menjadi rujukan dalam menyelesaikan berbagai problema yang melanda ummat dewasa ini,” katanya. [Aidil/rel]

 

Related posts