Hadiah Belanda berupa Rumah Cut Nyak Dhien

Rumah Cut Nyak Dhien di Desa Lampisang, Kecamatan Peukan Bada, Aceh Besar yang hanya beralas kayu. (Kanal Aceh/Fahzian Aldevan)

Aceh Besar (KANALACEH.COM) – Suasana sunyi mulai terasa saat memasuki sebuahRumah Cut Nyak Dhien di Desa Lampisang, Kecamatan Peukan Bada, Aceh Besar yang hanya beralas kayu.

Hanya terlihat beberapa bingkai yang terpajang di dinding pahatan kayu berwarna coklat. Tampak beberapa orang sedang membaca dan mengelilingi ruangan tersebut.

Rumah Cut Nyak Dhien merupakan rumah milik salah seorang pahlawan nasional Aceh, Cut Nyak Dhien.

Rumah ini dibangun Belanda pada tahun 1893 sebagai hadiah dari pemerintah kolonialis Belanda kepada Teuku Umar, suami Cut nyak Dhien yang saat itu dianggap memihak kepada Belanda. Padahal itu adalah muslihat Teuku Umar agar mendapatkan senjata serdadu Belanda.

Bangunan yang berarsitektur Rumoh Aceh ini dibakar Belanda saat terjadi penyerangan, dan hanya tersisa pondasinya saja. Namun setelah itu berdasarkan hasil rekonstruksi dari Direktorat Jenderal Kebudayaan pada tahun 1981 dibangun kembali tanpa mengubah bentuk dan nilai budayanya.

“Hanya fondasi dan sumurnya sampai sekarang yang masih utuh asli saat beliau (Cut Nyak Dhien) tinggal dulu,” Kata Mariani, penjaga rumah itu kepada Kanalaceh.com, Minggu (14/8) pagi.

Bangunan ini, lanjutnya dalam sehari dikunjungi oleh sekitar 100 hingga 200 pengunjung lokal maupun dari luar daerah yang dibuka setiap harinya sejak pukul 08.15 WIB hingga 16.30 WIB sore.

“Ada dari daerah sendiri, luar Aceh, bahkan dari Malaysia juga banyak,” sebutnya.

Bangunan dari atap rumbia ini memiliki luas ukuran panjang 25 meter dan lebar 17,20 meter sebagaimana umumnya Rumoh Aceh. Rumah ini juga memiliki 65 tiang penonggak bangunan yang dilengkapi dengan tangga bagian depan, sisi kiri dan kanan, dan 15 buah jendela.

Di dalam interior rumah terdapat beberapa peninggalan Cut Nyak Dhien ketika masih dalam perjuangan, lalu ada beberapa ruangan juga tesedia seperti ruangan tamu, ruang pertemuan dan juga beberapa kamar, di antaranya kamar tempat beristrirahat Cut Nyak Dhien, dan dua kamar dayang-dayang yang saling berhadapan. Sementara di dapur terdapat beberapa koleksi senjata berperang masa itu.

Mariani juga mengatakan saat ini banyak pengunjung yang mengabadikan momen mereka saat di tempat itu, dan untuk menikmatinya tidak perlu mengeluarkan biaya.

“Sampai sekarang kami tidak memungut biaya untuk ingin melihat dan mengabadikan rumah ini, bahkan ramai juga pasangan yang mengabadikan foto pernikahannya (prewedding) di sini,” tuturnya. [Fahzian Aldevan]

Related posts