Presiden Filipina kecam PBB dan Amerika

Presiden Filipina, Rodrigo Duterte. (dok)

Manila (KANALACEH.COM) – Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, Minggu (21/8) mengancam akan menarik negaranya keluar dari PBB dan mendamprat pembunuhan pria kulit hitam oleh polisi di Amerika dalam kemarahan terbarunya terhadap para pengeritik kampanye anti-narkobanya, yang telah menewaskan ratusan orang tersangka.

Presiden Rodrigo Duterte menyebut gambar mengerikan seorang anak yang berlumuran darah yang diangkat dari reruntuhan gedung yang tertembak misil di kota Aleppo, Suriah, untuk menunjukkan ketidakmampuan Amerika dan PBB menghentikan konflik maut tersebut, dan mengeluh bahwa ia mendapat kecaman karena membunuh para penjahat.

Departemen Luar Negeri Amerika dan dua pakar hak azasi manusia PBB mendesak Duterte dan pihak berwenang Filipina agar menghentikan pembunuhan di luar hukum dalam perlawanan terhadap narkoba dan memastikan pematuhan penegak hukumpada kewajiban hak azasi internasional. Kepolisian Filipina mengatakan lebih dari 500 orang tersangka pedagang narkoba telah tewas dalam tembak-menembak dengan polisi sejak Duterte dilantik 8 pekan lalu.

Agnes Callamard, penyelidik khusus PBB yang baru mengenai eksekusi sewenang-wenang, menyebut bahwa para pejabat Filipina dapat dituntut bertanggung-jawab, dengan mengatakan dalam pernyataan baru-baru ini, bahwa “klaim memerangi perdagangan narkoba tidak membebaskan pemerintah dari kewajiban hukum internasionalnya dan tidak melindungi para pejabat pemerintah atau lain-lain dari tanggung jawab atas pembunuhan ilegal.

Kecaman terhadap kampanye Duterte melawan satu masalah yang katanya telah menjadi pandemic, menimbulkan kemarahan Duterte, yang mengadakan jumpa pers setelah Sabtu tengah malam, yang berkepanjangan selama lebih dua jam. [VOA Indonesia]

Related posts